Kamis, 23 Februari 2017

Hak yang Terampas di Pilkada DKI



Pilkada serentak di Indonesia Rabu, 15 Februari 2017 lalu dinilai sukses oleh banyak pihak. Tapi sayangnya, di Jakarta yang notabene Ibu kota negara malah terdapat banyak pelanggaran. Abang saya sekeluarga sudah berangkat dari pagi untuk pergi ke TPS. Saya ditinggal menjaga ponakan yang masih kecil karena memang tidak memegang KTP DKI.

Sekitar pukul 12.45 Sepupu saya yang tinggal di Jakarta Barat tiba-tiba menelpon dan bertanya apakah saya punya kenalan untuk membantu mereka di TPS 02 Kembangan Selatan, karena waktu pencoblosan sudah hampir habis tapi petugas TPS tidak mengijinkan seorang pun dari orang-orang yang berkumpul di TPS  yang  namanya tidak ada di DPT untuk mencoblos.



Petugas TPS  mengatakan hanya memberikan 20 kertas suara. Dan yang terdaftar di TPS tersebut sekitar 600 orang, berarti kertas cadangan sebanyak 2,5% hanya tersedia kertas suara sebanyak 15 lembar sedangkan yang mengantri cukup banyak. Apakah ada kesalahan data yang cukup fatal sehingga banyak yang tidak terdaftar?


Saya lalu memposting keluhan tersebut di media sosial, grup wa, facebook dan twitter. Tidak lama kemudian postingan saya mendapat banyak tanggapan, ada yang menyampaikan keluhan yang sama dan ada yang membantu memberi nomor kontak yang bisa dihubungi.

Sambil tetap memantau keadaan di TPS sepupu, saya juga menghubungi teman-teman yang punya nomor kontak ke relawan dan wartawan. Akhirnya ada juga teman relawan yang bisa membantu dengan langsung memberikan informasi tersebut di grup dan mengirimkan orang menuju lokasi.

Hampir jam 13:00wib saya bisa terhubung lagi dengan sepupu dan mendapat informasi yang melegakan bahwa semua yang di lokasi yang membawa KTP dan KK akhirnya diberi kertas suara walaupun sudah banyak yang pulang karena sudah putus asa. Sepupu saya mengatakan, dari jam 12:00 mereka sampai di tempat, petugas TPS tidak menunjukkan niat baik kepada warga yang tidak terdaftar. Bahkan sampai sepupu saya telpon sekitar pukul 12:45 wib itu, petugas TPS tidak mendata sama sekali oarng-orang yang hadir.

Setelah mendengar ada wartawan yang menuju lokasi, baru bawaslu yang ada di lokasi bertanya daftar nama orang-orang yang sedang antri ke petugas TPS dan buru-buru mendata. Ada juga polisi di lokasi, tetapi kata Abang senior anggota Bawaslu yang ikut memberikan komentar di laman facebook saya mengatakan bahwa polisi harus netral. Tapi apakah netral itu identik dengan diam?

Pada saat yang bersamaan, saya melihat banyak keluhan yang sama di media sosial, tetapi karena data tidak lengkap tidak bisa dibantu kata teman saya yang telah mengirimkan orang meninjau lokasi TPS yang saya laporkan. Mereka bisa segera bertindak karenaTPS yang saya berikan jelas nomor dan lokasi.

Teman sekolah saya, yang  namanya juga tidak ada di DPT bisa dengan mudah mendapatkan hak-nya untuk mencoblos. Suami teman kuliah saya juga katanya tidak dipersulit. Teman sekampung dan teman kerja saya dipersulit dan dipimpong walaupun akhirnya mereka bisa memilih. Ada juga pasangan suami istri yang lokasi pemilihannya terpisah  jauh dari rumah dan lokasi pemilihan berbeda.

Semoga ini menjadi PR untuk KPU dalam berbenah menuju pilkada DKI putaran kedua. Jangan ada lagi warga yang merasa dipersulit dan dirampas hak politiknya di pesta demokrasi yang hanya berlangsung satu kali dalam 5 tahun ini. Pesis seperti kata Bapak Jokowi di pilpres 2014, pesta demokrasi itu harus membuat warga tertawa, bukan dipersulit apalagi dirampas hak pilihnya.

Tulisan ini diposting  juga di Kompasiana

Rabu, 08 Februari 2017

Seru-nya Konser Gue Dua 4 Februari 2017



Informasi tentang acara Konser "Gue 2", konser yang diadakan oleh artis-artis pendukung Basuki - Djarot beredar ramai di media sosial. Selain di grup-grup wa dan juga pesan pribadi dari teman-teman, ada banyak beredar juga di facebook dan twitter.

Dengan semangat dan restu dari keluarga serta bekal yang disuruh bawa oleh Kakak ipar, pagi-pagi saya berangkat menuju Rumah Lembang karena berdasarkan email dari Ahoker.co.id saya mendapat sebuah scraft. Saya tiba di Rumah Lembang bertepatan dengan Ahok  keluar. Setelah membiarkan kerumunan masyarakat meninggalkan tempat menuju Senayan saya masuk dan mencari tempat penukaran scraft seperti informasi di email.
Tetapi informasi dari relawan Badja di Rumah Lembang, email tersebut adalah hoax. Berhubung tujuan utama hanay mengambil hadiah dan membeli baju dan scraft titipan pesan, maka saya berniat meninggalkan tempat dan langsung menuju Senayan. Seorang teman telah lebih dahulu menuju ke sana. 

Disaat saya sedang memilih baju, dua orang yang berdiri di dekat saya, perempuan dan laki-laki yang datang dari Pondok Rangon dan Pondok Gede bertanya kemana tujuan saya setelah ini. Saat saya menyebut akan menonton konser di Senayan, mereka mengajak untuk naik taksi bareng dan langsung saya iyakan.
Bertiga kami menuju Ex Driving Range – Senayan dan akhirnya mereka malah membayar taksi dibagi berdua, saya hanya menambah tip buat Pak supir. Di pintu gerbang Gelora kami berpisah karena mereka akan mencari amkan sedang saya sudah bawa bekal yang enak dari rumah.

Saya tiba sekitar pukul 12:45 dan acara memang belum dimulai, informasi acara akan dimulai pukul 13:00 wib. Walaupun terlambat 15 menit dari jadwal, tapi acara langsung pecah saat Yosy project Pop dan Ernest Prakasa yang bertugas menjadi MC maju ke panggung.

Penyanyi pertama yang tampil adalah orkes Ciganjur, 2 orang wanita berhijab dengan lagu Khasidahan. Dilanjut dengan Kris Dayanti, Shanti, Once, Dira Sugandi, Gita Gutawa, Shandy Sandoro, Project Pop, Happy Salma, Marcel, Gading Martin dan banyak lagi.  Acara cukup hangat karena Yosi dan Ernest cukup kocak membawakan. Setelah Ernest dan Yosi selesai bertugas digantikan oleh Indi dan pasangannya yang saya lupa namanya.
Cuaca kadang menyengat dan bahkan sempat hujan deras walaup sebentar. Saat hujan turun di sana terlihat keakraban walau tidak saling kenal. Saya berbagi payung dengan 2 orang gadis di samping kanan dan kiri saya. Tidak alam kemudian hujan benar-benar berhenti dan cuaca kembali cerah.

Sekitar pukul 15:30 wih Ahok dan Djarot serta petinggi partai PDIP memasuki podium. Sorak sorai langsung membahana menyebut nama Ahok. Setelah itu acara dibuka dengan doa dan menurut saya isi doa itu benar-benar sejuk dan adil lalu dilanjut  menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipimpin Dira Sugandi.

Saat tiba waktu bicara, didampingi Ahok Djarot, Ibu Mega memberi kata sambutan. Walu jujur, rasanya saya tidak ikhlas Ibu Mega yang hadir mendampingi. Seharusnya Bapak Suryo Paloh karena beliaulah yang pertama menytakan mendukung Ahok. Tapi mungkin karena calon wakil dari Partai PDIP jadi dianggap PDIP punya hak lebih besar.

Jam 16:00 wib saya harus meninggalkan lokasi walau rasanya hati masih tertinggal di sana, tetapi karena sebelumnya ada janji untuk merayakan imlek di rumah teman di daerah BSD, terpaksa harus berangkat karena saya ingin konsisten dengan janji.

Dengan sedikit susah payah saya keluar dari posisi saya yang cukup dekat dengan panggung. Posisi saya kebenaran berada di gundukan tanah yang ada di lokasi. Karena lebih tinggi dari tempat lain, walaupun tidak cukup tinggi saya cukup nyaman memandang ke arah panggung. Saat saya menarik nafas sesaat setelah turun dari arah gundukan, saya melihat lautan manusia yg masih cukup banyak unuk saya tembus. Padahal dari tempat saya berdiri sebelumnya kanan dan kiri penuh manusia. 

Walaupun tadinya saya tidak ingin foto-foto, akhirnya saya meminta tolong dengan seorang wanita untuk mengambil foto saya, maksudnya agar ada bukti bahwa saya di sana dan jumlah pengunjung sangat ramai. Saya tidak menduga, bahwa ternyata ada informasi yang menyebut pengunjung Konser Gue 2 sepi penonton. Untung sempat mengambil gambar diri agar tidak dianggap hoax oleh mereka yang tidak ikut hadir.

Selasa, 07 Februari 2017

Saat Informasi lebih Cepat di Dunia Maya



Saat ini hampir semua informasi dapat kita temukan di media sosial. Bahkan cerita tentang dari kenalan hingga putusnya seseorang bisa kita telusuri kalau orangnya selalu menceritakan kisahnya. Walau tidak semua orang menceritakan apa yg terjadi di media sosial, tetapi kadang banyak info yang bermanfaat juga kita temukan di sana. Misalnya keadaan teman lama yang posisinya jauh dari kita atau bahkan cara mudah memasak makanan enak.
Tetapi kadang, orang lupa bahwa suatu informasi ada yang seharusnya disampaikan kepada orang yang berkepentingan daripada menuliskan di status. Apalagi tidak semua orang selalu berselancar di dunia maya atau malah tidak punya akun sama sekali.

Suatu hari seorang teman menuliskan kalau saudara mereka sudah lebih dahulu menuju tempat peristirahatan terakhir dan anaknya yang ada di Jakarta sedang dalam persiapan pulang kampung. Esok harinya, kebenaran sedang ada acara dan kami bertemu dengan sepupu teman saya. Sepupu teman saya kaget dan sangat marah ketika saya mengucapkan ucapan duka.

Sebagai saudara dekat dan dituakan, seharusnya mereka mendapat informasi itu langsung dari yang berduka atau minimal dari saudara yang lain, apalagi tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh. Saya bisa memahami kekecewaan Bapak tersebut karena kadang kita terlupa meberitahu orang yang berkepentingan.

Semoga kejadian seperti ini tidak terjadi dalam hidup kita supaya tidak menimbulkan kekecewaan atau bahkan ketidaktahuan bagi orang yang justru seharusnya tahu.