Mungkin kita sering mendengar
orang memuji nikmatnya makanan
yang berasal dari daerahnya. Padahal
buat orang lain mungkin biasa saja atau bahkan bisa saja berasa aneh untuk
orang lain yang berasal dari tempat berbeda.
Sepertinya masalah rasa ini berhubungan dengan faktor kebiasaan. Untuk
orang yang berasala dari Sumatera Utara, baru merantau ke Jakarta, ketika makan
di luar dan disuguhkan teh tawar (air putih + bubuk teh) maka rasanya itu akan
aneh sekali di lidah. Orang di Sumatera Utara terbiasa dengan air putih saja,
tanpa pakai bubuk teh. Setelah beradabtasi di Ajkarta, saat kembali ke kampung
halaman dan disuguhkan minuman air putih tanpa bubuk teh, lidah juga akan
merasa aneh. dAn anehnya, kalau di rumah minum air putih rasanya biasa saja.
Demikian juga menurut Kakak ipar saya yang asal Padang. Waktu di Apdang
terbiasa dengan nasi yang pera', begitu sampai di Jakarta dan menikmati nasi
pulen berasa tidak bisa ditelan. Tapi sekarang malah lebih suka nasi pulen dibanding
nasi pera yang rasanya seperti makan nasi yang kurang air saat dimasak.
Kakak ipar saya asal Bangka beda lagi, saat kita memuji-muji mie pangsit
dari Siantar, Kakak ipar saya bilang lebih enak mie Bangka. Mungkin itu juga
alasan mengapa makanan khas daerah tertentu bisa bertumbuh subur di tempat
lain, yaitu untuk memanjakan lidah orang sedaerahnya dan syukur-syukur bisa
diterima lidah orang lain dan laris manis bukan hanya untuk orang yang berasal
dari daerah yang sama.
Berminat membuka warung makanan khas daerah yang belum ada di tempat kita
berada? Coba dicek kira-kira berapa banyak orang yang asalnya sama sama kita
dan rindu makanan khas dari sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar