Seorang wanita yang mengaku teman
Abang saya bernama Sri Nenncy Wulandari datang ketika saya masih mengusap air
mata atas kehilangan Abang saya yang paling besar. Tante Nenncy, begitu dia
ingin dipanggil, berkomentar di laman face book Abang saya yang kebenaran saya
yang menulis status tersebut. Untuk menghargai yang berkomentar tentu saja saya
membalas ungkapan duka mereka. Tante Nenncy berkomentar sekitar bulan November
2017. Empat bulan setelah kepergian
Abang saya.
Lalu Tante Nenncy mengundang
pertemanan ke facebook saya, akrena sudah saling berbalas komentar di di
facebook Abang saya, lalu sayapun menerima undangan petemanannya. Tante Nenncy
lalu menelpon via messenger berkali-kali, tetapi berhubung saya tidak punya
aplikasi messenger, pesan itu terbaca setelah telepon terhenti.
Tante Nenncy sempat berkomentar
cukup emosi karena telpon messengernya tidak saya angkat, setelah saya jelaskan
Tante Nenncy minta no hp saya. Di telpon, Tante Nenncy bercerita kalau dia
mengenal Abang saya saat Abang saya bekerja di Palembang dan kebenaran Ayah Tante
Nenncy pengerja di gereja. Tante Nenncy sempat menangis terisak-isak saat menceritakan
betapa dia terkejut betapa cepatnya Abang saya dipanggil Tuhan.
Seiring berjalannya waktu, Atnte Nenncy
sering menghubungi by telpon walau kadang saya tidak angkat ketika hp saya
tinggal. Dan di laman facebook Tante Nenncy, dia terlihat cukup ramah dan eknal
dekat dengan orang-orang yang berkomentar distatusnya. Dan salah satu saudara sepupu
saya, saya lihat berteman dengan Tante Nenncy.
Tante Nenncy yang mengaku bekerja
di dinas pekerjaan Umum ini, tinggal di Kalimantan dan kebenaran sedang tugas
di Batam. Tante Nenncy seorang single parent dengan 2 orang anak. Anak paling besar,
seorang laki-laki dan sedang kuliah di Malang. Anak bungsu, seorang perempuan
dan sedang mengikuti pertukaran pelajar di Jepang.
Tanggal 6 Februari, Tante Nenncy menghubungi
saya melalui video call wa dari no 0852 7461 3752. Dia bilang, dia sedang di Ajkarta
dan dalam perjalanan menuju Kalimantan akrena ada keluarga yang meninggal.
Dengan memohon Tante Nenncy meminta saya meminjamkan uang untuk tiket anaknya
dari Malang, akrena ATMnya terblokir. Sejujurnya, saya tidak ingin memberi
pinjaman, tetapi karena selama ini merasa sering dibantu orang lain, apalagi
ini untuk pertemuan terakhir dengan orang yang dikasihi, akhirnya saya luluh.
Saya mentransfer uang sebesar 1 juta rupiah ke nomor rekening BRI 343-0010-11085-538 atas nama Maryati.
Tante Nenncy berjanji akan membayar
esoknya begitu dia tiba di Kalimantan. Esok harinya, akrena katanya masih butuh
8 jam perjalanan ke kampung mereka, Tante Nenncy meminta saya mentransfer 500
ribu lagi. Tetapi saya menolak dan hanya menyanggupi 300 ribu saja. Kali ini
saya dentransfer ke rekening pribadi Sriningsih Wulandari di BRI no
343-0010-2693-2534.
Tanggal 8 Februari, Tante Nenncy mengatakan
hari Senin 12 Februari baru bisa urus ke bak karena masih ke rumah duka. Saya
masih mengerti dan mengiyakan. Tanggal 11 Februari saya menghubungi untuk
mengingatkan agar besoknya tidak lupa mentransfer uang saya. Tanggal 12
Februari Tante Nenncy mengulur waktu untuk membayar utang dengan alasan sedang
sakit. Dia meminta waktu hari Rabu, 14 Februari baru bisa transfer. Lalu ketika
Tante Nenncy update status di facebook, saya berkomentar “Jangan lupa hari Rabu
ya Tan”. Tante Nenncy langsung inbox dan wa saya agar membahas masalah uang
jangan di facebooknya, tetapi lewat inbox.
Tanggal 14 Februari, saya
menghubungi Tante Nenncy untuk menanyakan pembayaran uang tersebut dan dijawab
akan ditransfer sore, saya bingung kenapa harus sore. Dan foto profile Tante Nency
yang sebelumnya foto dirinya, berubah menjadi foto hewan dan menjelang siang foto
profile kosong. Pukul 4:36 saya mencoba menghubungi lewat wa, sms dan telpon
tapi nomornya sudah tidak bisa dihubungi. Dan saya diblokir dari akun
facebooknya, teteapi mungkin untuk menyamarkan penipuannya, agar saya tidak
curiga, dia mengundang saya di akun facebook yang lain yang sepertinya masih
baru ebberapa bulan dibuat dan jan\rang digunakan.
Kebenaran di akun facebooknya
yang baru, ada seorang temannya yang mengucapkan terima kasih karena pernah
diberi oleh-oleh. Lalu saya mencoba inbox temannya tersebut tetapi tidak ada
balasan. Kemudian, saya berkomentar dipostingan oleh-oleh tersebut untuk menanyakan
apakah Ibu tersebut kenal dengan Tante Nenncy, sekalian saya lampirkan
bukti-bukti penipuannya. Seorang laki-laki ikut berkomentar dan kemudian mengundang
saya menajdi teman di facebook, walau sempat agak ragu, akhirnya undangan
pertemanan itu saya konfirmasi.
Menurut Bapak yang mengundang
pertemanan tersebut, Tante Nenncy ini juga berusaha meminjam uang dari mereka,
kebenaran beliau seorang pendeta dan kalau saya tidak salah menangkap, mungkin
seorang dosen juga. Tetapi karena tingkah Tante Nenncy mencurigakan, akhirnya
dia dan para mahasiswa memblokir pertemanan dengan Tante Nenncy di facebook.
Mungkin Tante Nenncy merasa aman,
karena tidak ada teman saya yang mengenal dia. Tetapi saya percaya, Tuhan tidak
akan selamanya membuat suatu kejahatan berjalan mulus. Semoga Tante Nenncy segera
sadar dan tidak melakukan hal yang sama ke orang lain.
Bekasi, 20 maret 2018