Senin, 31 Oktober 2016

Modal Nekat ke Pangandaran



Lebaran tahun 2011, 5 tahun yang lalu. Saya ikut teman ke kampungnya di Kuningan. Berangkat sudah malam dari UKI dan janjian bertemu di Rest Area KM19 dengan teman. Saat minta diturunkan di Rest Area KM19 tetapi oleh kondektur bis amlah diturunkan di terminal bayangan sebelum Rest Area (sekarang sudah ditutup). Sempat panik karena tidak tahu jalan keluar, untung Bapak penjaga warung di sana bersedia membantu dengan mencarikan tukang ojek. Dan kebaikan lainnya, si Mas yang antar ke Rest Area tidak memberikan harga yang gila-gilaan. Cuma Rp 5,000,- dan memang segitulah harga sebenarnya tarif ojek di sana.
Berangkat dari Pasar Cibitung naik bis yang harga tiketnya naik 100% (berhubung menjelang Lebaran) dan sampai siang hari di Kuningan setelah melewati macet yang lumayan melelahkan. Menikmati indahnya kebersamaan di rumah temanku bersama keluarga besar Ibunya yang sangat bersahabat.
Berhubung masih ada waktu libur yang cukup panjang, saya bersama teman berencana pergi ke Pangandaran sehabis Lebaran. Setelah paginya acara sungkeman di rumah Kakek Nenek, sorenya kami siap-siap menuju Pangandaran.
Ahri sudah merambat sore saat kami meninggalkan rumah teman,untuk menambah teman sependeritaan teman saya mengajak seorang pria teman masa kecilnya. Dengan naik angkutan kami menuju jaan raya untuk mencegat bis yang ke arah Ciamis. Saat sedang menunggu dipinggir jalan, seorang pria muda juga terlihat sedang menunggu. MAka teman pria kamipun memulai percakapan dengan pria tersebut. Ternyata pria inipun tujuannya ke Pangandaran juga. Dia berasal dari Kuningan dan membuka usaha di Pangandaran.
Tidak begitu lama menunggu, bis yang kami tunggupun tiba dan bis dalam keadaan longgar sehingga kami masih dapat tempat duduk. Ternyata perjalana Kuningan - Ciamis cukup jauh. Di tengah perjalanan bis berhenti dan kami membeli roti dan air minum untuk bekal. Tak lupa kami membeli untuk ke dua pria yang sekarang menjadi teman seperjalanan juga.
Walaupun agak malu-malu akhirnya pria muda sebut saja Agus akhirnya mau menerima roti dan air minum yang kami tawarkan. Tampaknya Agus memang seorang pemalu. Saat di tengah jalan, ada penumpang yang naik dengan rambut panjang dan tatto di tangan. Saya dan teman saya sempat bergosip tentang pria bertatto ini.
Saat menjelang Ciamis, kata teman saya paling sekitar 1 km lagi, bis kami tidak bisa lewat, semua mobil balik karena jalan tertutup longsor. Pdahal waktu sudah sekitar pukul 11:00 malam. Akhirnya pria bertatto yang sempat kami gosipkan itu maju ke dekat supir dan mengarahkan ke suatu jalan alternatif. JAlan itu melalui kampung-kampung dan cukup sempit untuk ukuran bis kami yang besar. BAhkan ada turunan yang cukup curam dan bahkan kami kuatir bis akan nyangkut, beruntung supir bisnya cukup mahir sehingga bis kami bisa melaluinya.
Pria bertatto, yang sebelumnya kami gosipkan malah menajdi penyelamat dalam perjalanan ini. Sekitar pukul 12:00 kami tiba di Ciamis. Angkutan ke Pangandaran masih ada, tapi masalahnya kami tidak tahu mau kemana. Karena kami tanpa persiapan dan tidak mengenal daerah tersebut.
Lagi-lagi, Tuhan sangat baik sehingga Agus teman seperjalanan menawarkan untuk menginap ditempatnya yang tentu saja kami sambut dengan senang hati. Tempat usaha Agus terdiri dari 2 lantai. Lantai 1 tempat usaha dan di lantai 2 kamar tidur dan suatu ruang terbuka. Tempatnya menghadap terminal Pangandaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar