Kamis, 06 Oktober 2016

Pindah Agama, lalu Menyebar Ketidakbenaran (saat saya diblock Ibu Irene Handono)




Menurut saya pribadi, agama itu adalah pilihan. Walaupun agama itu adalah warisan, setiap orang mempunyai caranya sendiri untuk memastikan sebuah keyakinan. Ada yang berdasarkan warisan tapi ada juga yang jatuh bangun untuk menemukan Tuhan. Ada yang menganggap itu sebagai harta yang berharga tetapi tidak sedikit juga yang abai dan cuek tentangnya.
Karena agama adalah pilihan, jadi sah-sah saja menurut saya apabila ada orang yang berpindah keyakinan. Entah dengan alasan apapun itu adalah hak dan tanggung jawab orang tersebut. Walau tidak jarang, karena masalah agama yang berbeda ada keluarga yang menjadi hambar dan dingin, belum lagi pihak luar yang menjadi tim horre yang membuat suasana semakin panas.
Terbiasa berada dalam keluarga yang berbeda-beda keyakinan selain mengajarkan saya untuk menghargai agama lain sekaligus membuat saya lebih tekun mempelajari agama yang saya anut. Selain tidak ingin itu menjadi tradisi, saya juga ingin mengerti makna kenapa saya meyakini apa yang saya percaya.
Karena menurut saya agama adalah pilihan, maka saya mencoba tidak menilai buruk orang yang meninggalkan agama saya atau merasa tersanjung saat orang yang berpindah ke agama saya. Tetapi apabila kemudian ada cara untuk membuat orang lain menjadi berpikir "aneh" tentang agama lama dengan alasan "saya mantan dari sana", menurut saya perlu diskusi bersama antara orang lain di agama lama dan orang di agama baru yang bertanya-tanya tentang agama lama orang tersebut.
Demikianlah yang terjadi di fan page Ibu Irene Handono, yang menurut informasi yang saya tidak tahu kebenarannya adalah mantan biarawati tersebut. Sebenarnya saya tidak tahu menahu tentang Ibu Irene Handono, namun menjadi tergelitik saat teman-teman menbagikan tulisannya, lalu saya ikut nimbrung didalam diskusi tersebut. 
Akun Ibu Irene dibuka dari akun fb saya


Sebenarnya saya bukan dari keluarga ahli agama, tidak juga ikut perkumpulan yang khusus membahas kitab (pernah sih dulu sebentar tapi lalu gak aktif lagi :)).  Jadi jawaban-jawaban yang saya beri pun adalah jawaban-jawaban umum, sebatas yang saya tahu. Seperti misalnya ada yg komentar bahwa hanya orang bodoh yang mengikuti agama "itu" dan mempertanyakan tentang Tuhan agama "itu" tersebut. Sebisa mungkin saya jawab dengan pandangan-pandangan sederhana yang tidak njelimet atau membuat yang baca minimal mempunyai gambaran tentang apa yang saya jelaskan.
Mungkin karena gerah ada orang luar yang komentar membuat yang punya status memilih untuk memblock saya. Itupun saya tahu saat ada teman lain kembali membagikan tulisan yang menurut teman saya butuh tanggapan dari agama yang sedang dibahas. Namun ketika saya masuk ke link yang diberi, saya Cuma bisa baca-baca komentar tanpa bisa ikut berdiskusi didalamnya.
Akun Ibu Irene dibuka dari akun fb teman saya

Menurut saya  ketika seseorang membuat status di fan page, orang tersebut sudah siap menerima pendapat yang berbeda. Dan lebih lagi kalau itu menyangkut kepercayaan orang lain, berilah ruang untuk orang dari agama yang dibahas apabila ada yang mau untuk berkomentar. Sehingga orang lain yang membaca dapat melihat dari 2 arah dan tidak ada pembenaran sepihak.
Perbedaan itu biasa dan adakalanya orang berbeda pandangan untuk topik sama. Seperti kita mungkin pernah mendengar gelas berisi setengah, ada yang melihatnya setengah penuh dan ada yang menyebut setengah kosong.
Tetapi semoga diantara banyak perbedaan kita masih punya banyak persamaan juga. Salam....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar