Selasa, 31 Januari 2017

Keluarga, Sahabat dan Toleransi



Lahir dan besar dari keluarga yang beragam itu banyak membentuk saya untuk bisa menghargai orang lain.
Tahun ini benar-benar tahun penuh suka cita buat saya, walaupun di tahun-tahun sebelumnya teman-teman sering mengirimkan ucapan Natal dan Tahun Baru, tetapi di tahun di mana ada himbauan yang ramai di media sosial untuk tidak mengucapkan, justru teman-teman saya banyak yang mengirimkan khusus di dinding facebook saya. Bukan hanya ditukis di dinding sendiri dan diucapkan kepada tema-temannya yang mungkin kebetulan baca.

Senin, 30 Januari 2017

Kebersamaan di Villa Merah



Untuk mempererat pertemanan, kami yang datang dari sekolah dan angkatan yang sama dari kota kecil nun jauh di ujung Sumatera yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya membuat suatu arisan. Keinginan adalah mengajak semua alumni satu angkatan untuk bergabung, tetapi ada saja yang memilih tidak ikut dengan berbagai alasan.
Arisan yang kami laksanakan per dua bulan sekali ini sudah mendekati akhir 1 kali putaran. Sekalian merayakan Natal dan Tahu Baru, arisan yang biasa diadakan di hari Sabtu minggu ke-2 dan hanya berlokasi tidak jauh dari Jakarta berencana membuat acara menginap ke luar kota.
Akhirnya dibentuk panitia dan mereka merencanakan dengan sangat matang. Sebenarnya dari awal saya sudah memutuskan untuk tidak ikut, tetapi mereka memberi saya banyak keringanan dan beberapa teman menghubungi secara pribadi akhirnya saya ikut.
Tanggal 21 pagi kami berangkat dengan titik kumpul rest area Sentul. Sekitar jam 10:00 semua berkumpul dan beriringan ke arah kota Bogor. Lalu melaju terus ke arah stasiun Batu tulis, naik ke atas arah Cijeruk. Sekitar pukul 11-an kami tiba di lokasi dan makan siang sudah tersedia.
Villa yang dikenal dengan nama villa merah karena cat merah di tembok pagar tersebut sekitar 500 meter dari Jalan raya, pintu belakangnya menghadap gunung Salak dan area persawaha. Terdiri dari 4 kamar tidur di lantai 2 dan 2 di lantai dasar. Di lantai 2 juga terdapat ruangan yang cukup luas untuk pertemuan.

Jumat, 27 Januari 2017

Rindu Ibu





Ibu

Engkau yang sering hadir dalam mimpi
Membawa banyak kenangan kita


Dan

Aku masih tidak percaya
Benarkah kita sudah terpisah dunia?

Ibu

Kami kangen

Bekasi, 27 Janari 2017.

Rabu, 11 Januari 2017

Tertipu di Kampung Sendiri

Akhir Desember kemarin saya bersama keluarga Abang mengunjungi kampung halaman. Walaupun tidak ada lagi keluarga inti yang tinggal di sana, tapi masih ada rumah dan sepetak sawah yang dikontrakkan ke orang kepercayaan Bapak. Sejak 6 tahun yang lalu Bapak dan Ibu sudah ikut pindah ke Jakarta karena mereka tinggal berdua di kampung. Hingga akhirnya Ibu meninggal Februari 2012 di Jakarta dan dimakamkan di kampung. Tadinya kami berencana pulang semua 5 bersaudara, tetapi karena satu dan lain hal akhirnya hanya saya dan keluarga Abang no 3 yang pulang beserta dengan Bapak juga. Abang ingin mengurus KK Bapak agar bisa daftar BPJS di Jakarta. Pada tanggal 20 Desember 2015 Abang meminta tolong Uwak yang tinggal di rumah untuk mengurus ke sekretaris desa. Agar data tidak salah, Abang memberikan KTP asli untuk dibawa. Karena kampung kami jauh dari kabupaten, maka butuh waktu beberapa hari untuk mengurus KK tersebut . Biaya untuk pengurusan ini diminta Rp 75.000,-. Menurut sekretaris desa, tanggal 28 Desember 2015 KK tersebut akan jadi karena terpotong hari libur. Kebenaran pada tanggal tersebut kami belum ada di rumah, baru tanggal 31 Desember 2015 KK tersebut sampai ke tangan. Setelah menerima KK, saya coba cek dan samakan data di KTP dengan di KK ternyata tanggal dan bulan lahir berbeda. Saya lalu menghubungi sekdes yang berjarak 2 km dari kampung kami. Pada tanggal 31 Desember 2015 saya telpon berkali-kali tetapi tidak diangkat. Baru tanggal 01 Januari 2016 saya bisa berbicara dengan sekdes. Ketika saya bertanya kenapa datanya berbeda, dengan enteng sekdes berkata itu sudah data nasional dan KTP Bapak saya tidak berlaku lagi (KTP seumur hidup). Dan data KK nasional itu tidak bisa diutak-atik. Karena tidak mau memperpanjang masalah Abang saya bertanya sebaiknya langkah apa yang harus kami lakukan, sekdes memberikan solusi dengan menerbitkan surat pindah dengan biaya Rp 120.000,-. Saya mencoba nego dengan mengatakan biaya itu kemahalan, bukankah biayanya gratis?. Sekdes menjawab kalau di Sumatera Utara bukan rahasia lagi semua serba uang. Saya kurang mengerti apakah sekdes sengaja membiarkan data yang salah agar ada cara untuk mendapatkan uang atau pengetahuan sekdes yang masih kurang dalam ketelitian. Karena bebrapa waktu sebelumnya kami juga mengurus KK di Bekasi karena ada kesalahan tanggal lahir dan tidak butuh waktu lama untuk mengurusnya. Jadi sangat mengherankan ketika sekdes mengatakan data itu tidak bisa diubah. Dan lebih nyesek lagi ketika mengetahui mengurus KK sekarang gratis dan mengurus KTP elektronik bisa dimana saja. Semoga tidak ada lagi yang mengalami hal demikian dan berharap setiap pemimpin daerah menempatkan orang-orang yang mengerti akan tugasnya dan terlebih lagi tidak memanfaatkan jabatan untuk mendapatkan uang tambahan.

 
Tulisan ini diposting juga di  : http://www.kompasiana.com/afriska07/tertipu-di-kampung-sendiri_56fb347663afbd210571e4c4

Akhir Desember kemarin saya bersama keluarga Abang mengunjungi kampung halaman. Walaupun tidak ada lagi keluarga inti yang tinggal di sana, tapi masih ada rumah dan sepetak sawah yang dikontrakkan ke orang kepercayaan Bapak. Sejak 6 tahun yang lalu Bapak dan Ibu sudah ikut pindah ke Jakarta karena mereka tinggal berdua di kampung. Hingga akhirnya Ibu meninggal Februari 2012 di Jakarta dan dimakamkan di kampung. Tadinya kami berencana pulang semua 5 bersaudara, tetapi karena satu dan lain hal akhirnya hanya saya dan keluarga Abang no 3 yang pulang beserta dengan Bapak juga. Abang ingin mengurus KK Bapak agar bisa daftar BPJS di Jakarta. Pada tanggal 20 Desember 2015 Abang meminta tolong Uwak yang tinggal di rumah untuk mengurus ke sekretaris desa. Agar data tidak salah, Abang memberikan KTP asli untuk dibawa. Karena kampung kami jauh dari kabupaten, maka butuh waktu beberapa hari untuk mengurus KK tersebut . Biaya untuk pengurusan ini diminta Rp 75.000,-. Menurut sekretaris desa, tanggal 28 Desember 2015 KK tersebut akan jadi karena terpotong hari libur. Kebenaran pada tanggal tersebut kami belum ada di rumah, baru tanggal 31 Desember 2015 KK tersebut sampai ke tangan. Setelah menerima KK, saya coba cek dan samakan data di KTP dengan di KK ternyata tanggal dan bulan lahir berbeda. Saya lalu menghubungi sekdes yang berjarak 2 km dari kampung kami. Pada tanggal 31 Desember 2015 saya telpon berkali-kali tetapi tidak diangkat. Baru tanggal 01 Januari 2016 saya bisa berbicara dengan sekdes. Ketika saya bertanya kenapa datanya berbeda, dengan enteng sekdes berkata itu sudah data nasional dan KTP Bapak saya tidak berlaku lagi (KTP seumur hidup). Dan data KK nasional itu tidak bisa diutak-atik. Karena tidak mau memperpanjang masalah Abang saya bertanya sebaiknya langkah apa yang harus kami lakukan, sekdes memberikan solusi dengan menerbitkan surat pindah dengan biaya Rp 120.000,-. Saya mencoba nego dengan mengatakan biaya itu kemahalan, bukankah biayanya gratis?. Sekdes menjawab kalau di Sumatera Utara bukan rahasia lagi semua serba uang. Saya kurang mengerti apakah sekdes sengaja membiarkan data yang salah agar ada cara untuk mendapatkan uang atau pengetahuan sekdes yang masih kurang dalam ketelitian. Karena bebrapa waktu sebelumnya kami juga mengurus KK di Bekasi karena ada kesalahan tanggal lahir dan tidak butuh waktu lama untuk mengurusnya. Jadi sangat mengherankan ketika sekdes mengatakan data itu tidak bisa diubah. Dan lebih nyesek lagi ketika mengetahui mengurus KK sekarang gratis dan mengurus KTP elektronik bisa dimana saja. Semoga tidak ada lagi yang mengalami hal demikian dan berharap setiap pemimpin daerah menempatkan orang-orang yang mengerti akan tugasnya dan terlebih lagi tidak memanfaatkan jabatan untuk mendapatkan uang tambahan.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/afriska07/tertipu-di-kampung-sendiri_56fb347663afbd210571e4c4

Parade Khebinekaan 19 November 2016



Tanggal 19 November dan 4 Desember 2016 lalu diadakan parade budaya dan ada juga yang menyebutnya Parade Khebinekaan. Jauh sebelumnya acara ini sudah dilaksakan di Bandung pada bulan Oktober dan entah karena apa, Pak Ridwan Kamil sempat dibully di laman facebook-nya karena acara ini.
Adapun kehadiran saya adalah karena saya melihat dan merasa ada sebagian orang yang ingin merong-rong negeri ini dengan membuat dan memeprjelas jurang pemisah antar anak bangsa. Baik lewat jalur politik maupun agama.
Bahkan justru dengan kehadiran saya tanggal 19 November saya bisa membantah saat siang harinya tiba-tiba beredar foto orang memadati Bundaran HI dengan tulisan Parade Khebinekaan dihadiri sejumlah 97,000 orang. Beberapa teman mempertanyakan gambar itu di grup-grup wa yang saya ikuti.
Kebenaran acara 19 November yang sebelumnya direncanakan di Bundaran HI tapi tidak disetujui karena akan mengganggu lalu lintas karena itu adalah hari Sabtu, bukan Minggu pagi yang biasanya memang jalan Sudirman dan jalan Thamrin tidak dilintasi kendaraan bermotor kecuali trans Jakarta. Akhirnya long march dialihkan ke Patung Kuda dengan titik kumpul di Monas.
Jadi dengan melihat lokasi yang terlihat di foto yang  beda dengan lokasi Parade Khebinekaan, seharusnya keaslian foto itu sudah langsung terbantahkan. Apalagi ada juga sebagian yang menyebar adalah yang datang di acara tersebut. Lalu dengan penjelasan di atas saya menyampaikan sanggahan kepada teman-teman di wa, teman di media sosial lain dan juga kepada Abang saya yang kebenaran menelpon saya saat saya masih di lokasi bahwa foto yang beredar bukan foto yang kami ikuti. Dan akhirnya ketahuan kalau foto yang beredar itu adalah foto kemenangan PDIP pemilu 1999.
Setelah Parade itu usai, saya dan teman sempat keliling dulu naik bis tingkat dan terakhir  berhenti di Sudirman dan pulang naik Trans Jakarta dari halte Semanggi.
Saat menunggu trans Jakarta datang, saya memperhatikan jembatan layang yang sedang dibangun di samping Plaza Semanggi, dimana jembatan layang ini nanti akan berbentuk sayap kupu-kupu dan akan mengurangi kemacetan sekitar jalan Gatot Subroto dan Jalan Semanggi. Padahal beberapa bulan sebelumnya, tempat itu baru dipasang papan-papan penutup lokasi yang akan digali, tapi  sekarang tiang beton dan jalan di atasnya sebagian sudah terpasang. Menurut saya pemerintah sekarang bertindak cepat dalam menyelesaikan proyek-proyek yang sedang jalan.
Demi menjaga keutuhan negeri ini dan tetap mengawal pemerintahan yg peduli rakyat-lah saya hadir 19 November 2016 di Monas.