Beberapa waktu lalu ada produk
baru jajanan anak kecil yang cukup heboh. Adapun hal yang membuat orang-orang
ikut menyumbang komentar adalah kemasan dan nama produk plus tindakan dari
menteri sosial Ibu Khofifah Indar Parawansa.
Banyak orang yang berpendapat
bahwa produk itu adalah ide kreatif yang seharusnya dibina, bukan malah
dimatikan daya kreatif seorang anak yang sedang berkembang. Saya pribadi setuju
dengan tindakan Ibu Khofifah untuk melarang beredarnya produk tersebut.
Alasan saya adalah karena produk
tersebut terindikasi porno. Hal yang menurut saya membuat produk tersebut
bernuansa porno ada 3 hal yaitu:
- Nama
Produk
tersebuk diberi nama Bikini. Singkatan dari Bihun Kekinian. Bikini adalah
pakaian yang sering digunakan di pantai atau kolam renang. Sebenarnya tidak ada
masalah dengan pakaian ini kallau digunakan pada tempatnya. Tetapi akan menjadi
aneh kalau digunakan di tempat lain kecuali di panggung putri-putrian yang
kadang dipertontonkan dan itu juga banyak dikecam orang Indonesia. Dan saya
heran kenapa anak muda tersebut harus memberi nama Bikini.
- Kemasan
Rasanya tidak
salah kalau kemasan dibuat bervariasi supaya lebih menarik dari produk lain.
Tetapi kalau saya tidak salah memperhatikan, gambar dikemasan ini adalah
pakaian dalam wanita. Kadang, nama dengan kemasan sangat jauh berbeda sehingga
sering menjadi lelucon juga buat para konsumen. Sebut saja teh botol dalam
kemasan kotak. Lalu ketika kini nama dan kemasan dibuat berhubungan, masihkah
kita menyebut tidak ada niat mengarahkan pikiran konsumen?
- Tulisan di kemasan
Di bungkus
makanan tersebut ada tulisan "remas aku". Mungkin karena memang
makanan ini harus dihancurkan dulu baru dikonsumsi. Dan kita bisa mengatakan
bahwa pikiran anak kecil belum menjangkau "ke sana". Lalu kenapa
tidak digunakan bahasa yang lebih kekanak-kanankan, misalnya "silahkan
dihancurkan/diremukkan terlebih dahulu" atau "diremukin ya"
rasanya kata-kata ini lebih formal daripada kata yang tertulis dibungkus
tersebut.
Berdasarkan 3 hal diatas, maka
saya sangat setuju makanan ini agar tidak diedarkan ke anak kecil. Karena
faktor pembiaran itu sering sekali yang tidak lazim menjadi lazim, yang tidak
biasa menjadi biasa.
Memang memprotes lebih gampang
daripada berkreasi menghasilkan karya yang baru, tetapi semoga kita juga dengan
alasan menumbuhkan jiwa kreatif lalu membiarkan karya-karya yang terindikasi
Porno kita anggap menjadi biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar