Selasa, 23 Agustus 2016

Bihun Kekinian, kita yg Parno atau memang Porno



Beberapa waktu lalu ada produk baru jajanan anak kecil yang cukup heboh. Adapun hal yang membuat orang-orang ikut menyumbang komentar adalah kemasan dan nama produk plus tindakan dari menteri sosial Ibu Khofifah Indar Parawansa.
Banyak orang yang berpendapat bahwa produk itu adalah ide kreatif yang seharusnya dibina, bukan malah dimatikan daya kreatif seorang anak yang sedang berkembang. Saya pribadi setuju dengan tindakan Ibu Khofifah untuk melarang beredarnya produk tersebut.
Alasan saya adalah karena produk tersebut terindikasi porno. Hal yang menurut saya membuat produk tersebut bernuansa porno ada 3 hal yaitu:
  1. Nama
Produk tersebuk diberi nama Bikini. Singkatan dari Bihun Kekinian. Bikini adalah pakaian yang sering digunakan di pantai atau kolam renang. Sebenarnya tidak ada masalah dengan pakaian ini kallau digunakan pada tempatnya. Tetapi akan menjadi aneh kalau digunakan di tempat lain kecuali di panggung putri-putrian yang kadang dipertontonkan dan itu juga banyak dikecam orang Indonesia. Dan saya heran kenapa anak muda tersebut harus memberi nama Bikini.

  1. Kemasan
Rasanya tidak salah kalau kemasan dibuat bervariasi supaya lebih menarik dari produk lain. Tetapi kalau saya tidak salah memperhatikan, gambar dikemasan ini adalah pakaian dalam wanita. Kadang, nama dengan kemasan sangat jauh berbeda sehingga sering menjadi lelucon juga buat para konsumen. Sebut saja teh botol dalam kemasan kotak. Lalu ketika kini nama dan kemasan dibuat berhubungan, masihkah kita menyebut tidak ada niat mengarahkan pikiran konsumen?
  1. Tulisan di kemasan
Di bungkus makanan tersebut ada tulisan "remas aku". Mungkin karena memang makanan ini harus dihancurkan dulu baru dikonsumsi. Dan kita bisa mengatakan bahwa pikiran anak kecil belum menjangkau "ke sana". Lalu kenapa tidak digunakan bahasa yang lebih kekanak-kanankan, misalnya "silahkan dihancurkan/diremukkan terlebih dahulu" atau "diremukin ya" rasanya kata-kata ini lebih formal daripada kata yang tertulis dibungkus tersebut.

Berdasarkan 3 hal diatas, maka saya sangat setuju makanan ini agar tidak diedarkan ke anak kecil. Karena faktor pembiaran itu sering sekali yang tidak lazim menjadi lazim, yang tidak biasa menjadi biasa.

Memang memprotes lebih gampang daripada berkreasi menghasilkan karya yang baru, tetapi semoga kita juga dengan alasan menumbuhkan jiwa kreatif lalu membiarkan karya-karya yang terindikasi Porno kita anggap menjadi biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar