Imlek 2015 yang jatuh pada
tanggal 19 Februari, Kakak ipar saya menawarkan untuk liburan ke kampung
halamannya di Padang dengan perjanjian saya hanya dibayari tiket pesawat sekali
jalan karena Bapak saya juga ikut. Akhir 2014 kakak ipar sudah beli tiket untuk
berangkat tanggal 17 Februari 2015.
Memang kalau sudah rezeki takkan
kemana, saat saya mencari tiket untuk pulang, karena saya harus pulang lebih
dahulu dan yang dibayarin hanya tiket berangkat saya dapat email dari
traveloka. Traveloka memberi potongan harga sebesar Rp 100.000,- tanpa batasan
arah, maskapai ataupun harga tiket.
Bonus dari Traveloka |
Tetapi 9 hari sebelum kepulangan
kami, Mertua Abang meninggal di Padang sehingga keberangkatan mereka harus
dipercepat. Berita duka kami terima tanggal 8 Februari saat arisan di rumah
saudara. Hari itu juga tiket langsung reschedule tanggal 9 Februari sore. Sebelumnya
saya heran kenapa mereka memilih penerbangan sore bukan pagi, tapi ternyata
pilihan itu sangat tepat karena hujan di Jakarta turun begitu deras dari tengah
malam sehingga banyak tempat yang kebanjiran, bahkan akses ke Bandara sempat
tersendat.
Tanggal 17 sore seperti jadwal
semula, akhirnya saya bertiga dengan Abang dan Bapak berangkat dari Cengkareng
menuju Padang, karena Abang sempat balik dulu ke Jakarta untuk kerja. Sempat
mendebarkan perjalanan dari kantor ke halte Damri di Bekasi Timur karena
jalanan macet dan kejar-kejaran dengan Damri. Untung bisa sampai di bandara
tepat waktu.
Hari pertama di Padang kami masih
mengistirahatkan badan. Sesampainya di Padang kami menginap di rumah koko-nya
Kakak ipar. Besoknya kami diantar ke rumah Abang yang paling besar. Berkumpul
dan bercengkerama dengan keluarga yang tidak selalu bisa bertemu.
Tanggal 19 Februari, bertepatan
dengan imlek. Seharusnya hari ini adalah hari besar buat keluarga Kakak Ipar,
tetapi berhubung ada keluarga yang baru meninggal maka pantang katanya
merayakan. Maka kami pun memilih untuk
mulai menjelajah Padang. Berangkat dari pagi menuju Pariaman. Menikmati makanan
di Pantai Tiram dengan harga yang sangat murah. Lanjut ke Pantai Kata dan
sempat foto-foto di sana. Dari Pantai Kata si Koko sholat sebentar di masjid
yang cukup besar yang terdapat di sana lalu lanjut menuju Maninjau.
Pantai Tiram dengan anak-anak Tiram |
Ikon Pantai Kata |
Pantai Kata
Menikmati jajanan dan foto-foto
di Maninjau, matahari sudah sore saat kami beranjak pulang dari arah yang
berbeda dari kami datang. Jalur yang dipilih melewati Kelok 44, dimana antara
kelokan yang satu dengan yang lainnya jaraknya cukup pendek. Pemandangan sangat
bagus memandang Danau Maninjau dari kelokan-kelokan tersebut. Di kelok 34 kami
berhenti untuk mengabadikan pemandangan. Hari sudah malam saat kami tiba di
Padang.
Danau Maninjau |
Kelok 34 |
Tanggal 20 Februari, kami
berangkat menuju Muara Sijunjung, kampung mertua si Koko. Menurut peta, jarak
Padang ke Muara Sijunjung adalah 113 km, tetapi kecepatan mobil tidak bisa
60km/jam karena jalan berkelok dan mendaki walaupun aspal jalan sudah cukup
bagus.
Kami membeli makan di sebuah
warung makan di tepi hutan dimana ada air mengalir langsung dari bukit. Kami
memilih makan siang di sebuah bekas tempat wisata. Tempat ini sangat luas,
hanya terdapat beberapa ekor rusa dan kolam yang ikannya sangat banyak. Entah
kenapa tempat ini tutup, padahal kata Koko sebelumnya tempat ini sangat ramai.
Anak-anak sangat senang meluncur
di rumput hijau di tempat bergelombang, memberi makan rusa serta menakut-nakuti
ikan di kolam. Setelah mereka puas kami beranjak meninggalkan tempat tersebut.
Tanggal 21 Februari, kami
berencana menuju pemandian air hangat di daerah Jorong Tanggalo. Pemandian ini
berjarak sekitar 20 km dari Muara Sijunjung tetapi karena jalan berkelok dan
kecil jadi menghabiskan waktu hampir 1 jam. Jalan menuju Aie Angek melewati
kebun karet milik warga. Aie Angek ini sebelumnya pernah dibuka untuk umum, tetapi
karena penduduk setempat sering menemukan kondom di tepi pemandian, akhirnya
tempat itu ditutup untuk umum.
PEmandian Laki-laki di Aie Angek |
Berhubung Kakak istri Koko asli
dari sana dan masih banyak saudara yang tinggal di sana, maka kami bisa bebas
mandi. Pemandian laki-laki dan perempuan terpisah tembok, pemandian perempuan
lebih kecil. Di pemandian perempuan ada 3 pancur kecil dan batu untuk mencuci
pakaian. Tapi karena jarang digunakan, banyak lumut yang mengambang di kolam.
Matahari sedang terik saat kami
jalan menuju Gua Ngalau. Jalan ke Gua Ngalau sudah diaspal rapi, tetapi jalan
berkelok dan kecil. Sekitar 30 jam perjalanan kami sampai ke lokasi. Gua ini
juga tidak dibuka buat orang luar, kecuali di hari Lebaran. Kalau pas Lebaran
banyak pengunjung yang datang ke Gua ini. Karena kondisi gua yang sangat gelap
maka pada saat Lebaran sengaja tempat ini dipasang listrik dan dipungut
bayaran.
Tangga ke Gua Ngalau |
Pintu masuk Gua Ngalau |
BErpose di depan Gua Ngalau |
Di depan Gua Ngalau |
Di sebelah kiri jalan ke gua, ada
mata air yang sangat besar. Dari tempat terakhir mobil bisa diparkir tidak
terlalu jauh perjalanan ke mulut gua. Gua berada pada posisi yang lebih tinggi
dari daerah sekitar, suasana did alam sangat gelap dan kami tidak menyedialan
senter penerangan yang kami punya hanya dari hp. Kami mencoba amsuk sekitar 10
- 20 meter ke dalam. Terdengar bunyi seperti angin kencang atau aliran air yang
besar. Tetapi kata Kakak (istri Koko) suara itu sudah pernah dicari tetapi
tidak ditemukan asalnya. Gua ini juga digunakan sebagai persembunyian orang
China oleh orang Padang saat perang saudara melanda Sumatera Barat.
Sehabis dari Gua Ngalau kami
pulang dan sore hari kami menikmati pasar malam di Muara Sijunjung. Dan yang
yang paling menarik perhatian saya adalah
batu akik yang sepertinya sangat mewabah. Kalau di Jakarta setahu saya,
batu akik hanya dipakai buat cincin, di sana banyak mata kalung yang terbuat
dari batu akik yang besar.
Sebelum pulang sempat belanja
dodol khas Padang yang penduduk setempat memberi nama Galai. Rasanya lebih
lembut dari dodol garut.
Tanggal 22 Februari 2015 pagi
sayapun meninggalkan Muara Sijunjung langsung ke Bandara. Tidak sempat lagi
mampir ke rumah Abang di kota Padang. Semoga amsih ada kesempatan jalan-jalan
lagi ke Padang dengan tempat wisata yang berbeda.