Kamis, 30 Juni 2016

Liburan Imlek dan Kunjungan ke Gua Ngalau di Muara Sijunjung



Imlek 2015 yang jatuh pada tanggal 19 Februari, Kakak ipar saya menawarkan untuk liburan ke kampung halamannya di Padang dengan perjanjian saya hanya dibayari tiket pesawat sekali jalan karena Bapak saya juga ikut. Akhir 2014 kakak ipar sudah beli tiket untuk berangkat tanggal 17 Februari 2015.
Memang kalau sudah rezeki takkan kemana, saat saya mencari tiket untuk pulang, karena saya harus pulang lebih dahulu dan yang dibayarin hanya tiket berangkat saya dapat email dari traveloka. Traveloka memberi potongan harga sebesar Rp 100.000,- tanpa batasan arah, maskapai ataupun harga tiket.
Bonus dari Traveloka

Tetapi 9 hari sebelum kepulangan kami, Mertua Abang meninggal di Padang sehingga keberangkatan mereka harus dipercepat. Berita duka kami terima tanggal 8 Februari saat arisan di rumah saudara. Hari itu juga tiket langsung reschedule tanggal 9 Februari sore. Sebelumnya saya heran kenapa mereka memilih penerbangan sore bukan pagi, tapi ternyata pilihan itu sangat tepat karena hujan di Jakarta turun begitu deras dari tengah malam sehingga banyak tempat yang kebanjiran, bahkan akses ke Bandara sempat tersendat.
Tanggal 17 sore seperti jadwal semula, akhirnya saya bertiga dengan Abang dan Bapak berangkat dari Cengkareng menuju Padang, karena Abang sempat balik dulu ke Jakarta untuk kerja. Sempat mendebarkan perjalanan dari kantor ke halte Damri di Bekasi Timur karena jalanan macet dan kejar-kejaran dengan Damri. Untung bisa sampai di bandara tepat waktu.
Hari pertama di Padang kami masih mengistirahatkan badan. Sesampainya di Padang kami menginap di rumah koko-nya Kakak ipar. Besoknya kami diantar ke rumah Abang yang paling besar. Berkumpul dan bercengkerama dengan keluarga yang tidak selalu bisa bertemu.
Tanggal 19 Februari, bertepatan dengan imlek. Seharusnya hari ini adalah hari besar buat keluarga Kakak Ipar, tetapi berhubung ada keluarga yang baru meninggal maka pantang katanya merayakan. Maka  kami pun memilih untuk mulai menjelajah Padang. Berangkat dari pagi menuju Pariaman. Menikmati makanan di Pantai Tiram dengan harga yang sangat murah. Lanjut ke Pantai Kata dan sempat foto-foto di sana. Dari Pantai Kata si Koko sholat sebentar di masjid yang cukup besar yang terdapat di sana lalu lanjut menuju Maninjau.
Pantai Tiram dengan anak-anak Tiram

Ikon Pantai Kata
                                                                             Pantai Kata
Menikmati jajanan dan foto-foto di Maninjau, matahari sudah sore saat kami beranjak pulang dari arah yang berbeda dari kami datang. Jalur yang dipilih melewati Kelok 44, dimana antara kelokan yang satu dengan yang lainnya jaraknya cukup pendek. Pemandangan sangat bagus memandang Danau Maninjau dari kelokan-kelokan tersebut. Di kelok 34 kami berhenti untuk mengabadikan pemandangan. Hari sudah malam saat kami tiba di Padang.
Danau Maninjau

Kelok 34
Tanggal 20 Februari, kami berangkat menuju Muara Sijunjung, kampung mertua si Koko. Menurut peta, jarak Padang ke Muara Sijunjung adalah 113 km, tetapi kecepatan mobil tidak bisa 60km/jam karena jalan berkelok dan mendaki walaupun aspal jalan sudah cukup bagus.
Kami membeli makan di sebuah warung makan di tepi hutan dimana ada air mengalir langsung dari bukit. Kami memilih makan siang di sebuah bekas tempat wisata. Tempat ini sangat luas, hanya terdapat beberapa ekor rusa dan kolam yang ikannya sangat banyak. Entah kenapa tempat ini tutup, padahal kata Koko sebelumnya tempat ini sangat ramai.
Anak-anak sangat senang meluncur di rumput hijau di tempat bergelombang, memberi makan rusa serta menakut-nakuti ikan di kolam. Setelah mereka puas kami beranjak meninggalkan tempat tersebut.
Tanggal 21 Februari, kami berencana menuju pemandian air hangat di daerah Jorong Tanggalo. Pemandian ini berjarak sekitar 20 km dari Muara Sijunjung tetapi karena jalan berkelok dan kecil jadi menghabiskan waktu hampir 1 jam. Jalan menuju Aie Angek melewati kebun karet milik warga. Aie Angek ini sebelumnya pernah dibuka untuk umum, tetapi karena penduduk setempat sering menemukan kondom di tepi pemandian, akhirnya tempat itu ditutup untuk umum.
PEmandian Laki-laki di Aie Angek

Berhubung Kakak istri Koko asli dari sana dan masih banyak saudara yang tinggal di sana, maka kami bisa bebas mandi. Pemandian laki-laki dan perempuan terpisah tembok, pemandian perempuan lebih kecil. Di pemandian perempuan ada 3 pancur kecil dan batu untuk mencuci pakaian. Tapi karena jarang digunakan, banyak lumut yang mengambang di kolam.
Matahari sedang terik saat kami jalan menuju Gua Ngalau. Jalan ke Gua Ngalau sudah diaspal rapi, tetapi jalan berkelok dan kecil. Sekitar 30 jam perjalanan kami sampai ke lokasi. Gua ini juga tidak dibuka buat orang luar, kecuali di hari Lebaran. Kalau pas Lebaran banyak pengunjung yang datang ke Gua ini. Karena kondisi gua yang sangat gelap maka pada saat Lebaran sengaja tempat ini dipasang listrik dan dipungut bayaran.
Tangga ke Gua Ngalau

Pintu masuk Gua Ngalau
BErpose di depan Gua Ngalau
Di depan Gua Ngalau

Di sebelah kiri jalan ke gua, ada mata air yang sangat besar. Dari tempat terakhir mobil bisa diparkir tidak terlalu jauh perjalanan ke mulut gua. Gua berada pada posisi yang lebih tinggi dari daerah sekitar, suasana did alam sangat gelap dan kami tidak menyedialan senter penerangan yang kami punya hanya dari hp. Kami mencoba amsuk sekitar 10 - 20 meter ke dalam. Terdengar bunyi seperti angin kencang atau aliran air yang besar. Tetapi kata Kakak (istri Koko) suara itu sudah pernah dicari tetapi tidak ditemukan asalnya. Gua ini juga digunakan sebagai persembunyian orang China oleh orang Padang saat perang saudara melanda Sumatera Barat.
Sehabis dari Gua Ngalau kami pulang dan sore hari kami menikmati pasar malam di Muara Sijunjung. Dan yang yang paling menarik perhatian saya adalah  batu akik yang sepertinya sangat mewabah. Kalau di Jakarta setahu saya, batu akik hanya dipakai buat cincin, di sana banyak mata kalung yang terbuat dari batu akik yang besar.
Sebelum pulang sempat belanja dodol khas Padang yang penduduk setempat memberi nama Galai. Rasanya lebih lembut dari dodol garut.
Tanggal 22 Februari 2015 pagi sayapun meninggalkan Muara Sijunjung langsung ke Bandara. Tidak sempat lagi mampir ke rumah Abang di kota Padang. Semoga amsih ada kesempatan jalan-jalan lagi ke Padang dengan tempat wisata yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar