Selasa, 21 Juni 2016

Liburan di Cirebon - Kuningan




 
Hari pertama
Tanggal 29 Maret 2014, sekitar jam 09:00 pagi kami kami keluar dari penginapan dan menjelajah di sekitar Cirebon.  Pertama kami menuju Keraton Kesepuhan yang karcis masuknya cukup murah, Cuma Rp 6.000,-/orang. Sebenarnya Keraton ini lumayan bagus, tapi sayang tidak dijaga kerapian dan kebersihannya. Beberapa barang sejarah seperti peralatan pedati/dokar dibiarkan berdebu. Padahal ada beberapa penjaga di setiap tempat ketika kami berkunjung.
Puas jalan-jalan dari Keraton kami lanjut ke Taman Sari Gua Sunyaragi. Menurut guide yang ada di sana, yang kita bayar Rp 30,000,- diluar tiket masuk seharga Rp 6,000,- Sunyaragi artinya raga yang sunyi. Di sini ada tempat memandang dimana untuk mencapai puncaknya kita melewati jalur seperti gua yang bercabang banyak dan hanya beberapa jalur yang terhubung ke puncak. Jalan menuju jalur gua ada jalan kecil dimana di jalan ini terdapat tonggak yang harus kita hindari. Katanya kalau kita memegang tongkat tersebut, maka kita akan berat jodoh.
Gua-gua di Sunyaragi ini terdapat  beberapa tempat. Ada gua untuk semedi, gua tempat makanan dan tempat pemandangan seperti tertulis di atas. Dan ketiga lokasi gua ini berdekatan tetapi terpisah. Saya tidak bertanya apakah antar gua ini saling terhubung atau tidak.
Menjelang siang kami menikmati makanan khas Cirebon, Empal Gentong di pinggir jalan yang terlihat cukup ramai pengunjungnya. Setelah itu lanjut ke pusat batik. Setelah cukup puas melihat-lihat dan membeli seperlunya kami melanjutkan perjalan dan singgah di suatu tempat pengrajin kerang. Hampir semua hiasan yang terdapat disana terbuat dari kerang. Mulai dari hiasan kecil sampai lampu hias berbentuk pohon natal setinggi kira-kira 2 meter.
Perjalanan kami lanjutkan menuju Kuningan. Tapi sebelumnya kami sempatkan mencoba terapi ikan. Rasanya geli dan sedikit sakit saat gigi kecil ikan mulai menggigit kaki. Sore kami tiba di Kuningan.
Hari kedua
Tanggal 30 Mei 2014 tujuan pertama kami adalah gua Maria di desa Cisantana kaki gunung Ciremai  tidak terlalu jauh dari Kota Kuningan. Terdapat lumayan banyak tempat parkir yang disediakan tetapi letaknya terpisah-pisah. Di dekat tempat parkir banyak penjual oleh-oleh, tetapi hati-hati harga di dekat parkir selisihnya sangat jauh dengan harga di dekat Gua Maria.
Penjual di dekat parkir agak kurang ramah. Saat hendak masuk, penjual menyebut kami boleh pesan dulu baru bayar sepulang dari Gua karena kuatir kehabisans. Akhirnya setiap kami memesan beberapa jenis  oleh-oleh. Ternyata di dekat Gua sangat jauh lebih murah, bisa selisih antara Rp5.000 - Rp 10.000. Seperti keripik di luar Rp 30,000 sedangkan di dalam bisa Rp 20.000,-. Ketika akhirnya kami membeli di dalam, dan membatalkan pesanan di dekat parkir, penjual menyebut kami pendusta padahal baru berdoa sedangkan penjualnya sendiripun menggunakan salib yang besar di lehernya :)
Perjalanan menuju Gua Maria cukup melelahkan, dengan jalan yang berbelok-belok walaupun tempatnya cukup bersih dan teduh karena banyak pohon rindang sepanjang jalan. Dengan perlahan kami menapaki tangga-tangga yang disediakan, apalagi bersama kami ada 4 orang anak kecil yang kadang kala minta digendong. Kami tidak mengikuti jalur "Jalan Salib" karena itu akan memakan waktu lebih lama dan juga lebih panjang. Kami ambil jalur pintas langsung menuju "Gua Bunda Maria" dan sebuah gereja tanpa dinding yang sederhana tetapi terasa sangat sejuk.
Setelah puas melihat-lihat dan istirahat secukupnya, kami turun dengan jalur yang berbeda. Di jalan pulang ini banyak penjual oleh-oleh yang harganya jauh lebih murah dibanding harga dekat parkir. Dan tetap harus pintar menawar karena harga 1 tempat ke tempat lain bisa berbeda. Tidak lucu kalau setelah di bawah kita sadar harga di atas ternyata lebih murah :)
Dari Gua Maria perjalanan kami lanjutkan ke Curug Sidomba, jalan ke curug ini sangat bagus sepertinya pihak parawisata cukup peduli agar para wisatawan sampai dengan nyaman ke tempat tujuan. Di curug Sidomba terdapat masjid yang bagus dan tempat parkir yang cukup luas. Penjual di sini juga memberi harga cukup masuk akal. Curug Sidomba-nya bisa kita lihat setelah menuruni tangga berputar dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
Dan ternyata saudara-saudara, yang disebut Curug ini sangat kecil, bahkan menurut saya bisa disebut seperti pancuran biasa. Terlalu sayang tenaga yang kita gunakan untuk menuju curug kalau pemandangan yang kita lihat tidak cukup memuaskan mata. Saran saya, kalau mau melihat sampai Masjidnya tidak ada salahnya ke sini, tetapi kalau untuk melihat Curug pandang saja dari atas.
Sepulang dari Curug hari sudah sore, tapi kami masih memanfaatkan waktu untuk mampir di museum Lingar Jati. Museum ini cukup lengkap dengan biaya masuk yang sangat murah. Setelah itu dilanjutkan makan malam dan istirahat.
Hari ketiga
Hari terakhir, 31 Maret 2014 kami tidak ingin kemana-mana, sebelum keluar hotel nanti siang, kami ingin menikmati fasilitas water boom yang belum kami gunakan. Kami punya banyak tiket masuk karena sejak menginap selama 2 hari untuk 3 kamar belum ada 1 pun yang digunakan. Setelah semua memegang tiket, masih bersisa 3 tiket lagi di tangan.
Warga sekitar cukup antusian menikmati water boom, terlihat dari banyaknya yang antri untuk membeli tiket. Tiket masuk seharga Rp 45.000 kami jual seharga Rp 30.000,- lumayan untuk menambah uang kas. Kami bermain sepuasnya. DI water boom ini permainannya cukup lengkap. Rasanya puas menginap di hotel ini dengan kamar yang nyaman dan bonus yang menyenangkan.
Menjelang siang kami harus buru-buru persiapan pulang, takut ketinggalan kereta dan amsih ingin menikmati makan siang di Cirebon. DI Cirebon ada tempat makan yang enak dan murah bernama Nasi Jamblang Ibu Nur.
Perjalanan ke Cirebon cukup berkesan dan banyak tempat wisata. Masih banyak lagi yang belum sempat kami jalani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar