Hari pertama
Tanggal 29 Maret 2014, sekitar
jam 09:00 pagi kami kami keluar dari penginapan dan menjelajah di sekitar
Cirebon. Pertama kami menuju Keraton
Kesepuhan yang karcis masuknya cukup murah, Cuma Rp 6.000,-/orang. Sebenarnya
Keraton ini lumayan bagus, tapi sayang tidak dijaga kerapian dan kebersihannya.
Beberapa barang sejarah seperti peralatan pedati/dokar dibiarkan berdebu.
Padahal ada beberapa penjaga di setiap tempat ketika kami berkunjung.
Puas jalan-jalan dari Keraton kami
lanjut ke Taman Sari Gua Sunyaragi. Menurut guide yang ada di sana, yang kita
bayar Rp 30,000,- diluar tiket masuk seharga Rp 6,000,- Sunyaragi artinya raga
yang sunyi. Di sini ada tempat memandang dimana untuk mencapai puncaknya kita
melewati jalur seperti gua yang bercabang banyak dan hanya beberapa jalur yang
terhubung ke puncak. Jalan menuju jalur gua ada jalan kecil dimana di jalan ini
terdapat tonggak yang harus kita hindari. Katanya kalau kita memegang tongkat
tersebut, maka kita akan berat jodoh.
Gua-gua di Sunyaragi ini terdapat beberapa tempat. Ada gua untuk semedi, gua
tempat makanan dan tempat pemandangan seperti tertulis di atas. Dan ketiga
lokasi gua ini berdekatan tetapi terpisah. Saya tidak bertanya apakah antar gua
ini saling terhubung atau tidak.
Menjelang siang kami menikmati
makanan khas Cirebon, Empal Gentong di pinggir jalan yang terlihat cukup ramai
pengunjungnya. Setelah itu lanjut ke pusat batik. Setelah cukup puas
melihat-lihat dan membeli seperlunya kami melanjutkan perjalan dan singgah di
suatu tempat pengrajin kerang. Hampir semua hiasan yang terdapat disana terbuat
dari kerang. Mulai dari hiasan kecil sampai lampu hias berbentuk pohon natal setinggi
kira-kira 2 meter.
Perjalanan kami lanjutkan menuju
Kuningan. Tapi sebelumnya kami sempatkan mencoba terapi ikan. Rasanya geli dan
sedikit sakit saat gigi kecil ikan mulai menggigit kaki. Sore kami tiba di
Kuningan.
Hari kedua
Tanggal 30 Mei 2014 tujuan
pertama kami adalah gua Maria di desa Cisantana kaki gunung Ciremai tidak terlalu jauh dari Kota Kuningan.
Terdapat lumayan banyak tempat parkir yang disediakan tetapi letaknya terpisah-pisah.
Di dekat tempat parkir banyak penjual oleh-oleh, tetapi hati-hati harga di dekat
parkir selisihnya sangat jauh dengan harga di dekat Gua Maria.
Penjual di dekat parkir agak
kurang ramah. Saat hendak masuk, penjual menyebut kami boleh pesan dulu baru
bayar sepulang dari Gua karena kuatir kehabisans. Akhirnya setiap kami memesan
beberapa jenis oleh-oleh. Ternyata di dekat
Gua sangat jauh lebih murah, bisa selisih antara Rp5.000 - Rp 10.000. Seperti
keripik di luar Rp 30,000 sedangkan di dalam bisa Rp 20.000,-. Ketika akhirnya
kami membeli di dalam, dan membatalkan pesanan di dekat parkir, penjual menyebut
kami pendusta padahal baru berdoa sedangkan penjualnya sendiripun menggunakan
salib yang besar di lehernya :)
Perjalanan menuju Gua Maria cukup
melelahkan, dengan jalan yang berbelok-belok walaupun tempatnya cukup bersih
dan teduh karena banyak pohon rindang sepanjang jalan. Dengan perlahan kami
menapaki tangga-tangga yang disediakan, apalagi bersama kami ada 4 orang anak
kecil yang kadang kala minta digendong. Kami tidak mengikuti jalur "Jalan
Salib" karena itu akan memakan waktu lebih lama dan juga lebih panjang.
Kami ambil jalur pintas langsung menuju "Gua Bunda Maria" dan sebuah
gereja tanpa dinding yang sederhana tetapi terasa sangat sejuk.
Setelah puas melihat-lihat dan
istirahat secukupnya, kami turun dengan jalur yang berbeda. Di jalan pulang ini
banyak penjual oleh-oleh yang harganya jauh lebih murah dibanding harga dekat
parkir. Dan tetap harus pintar menawar karena harga 1 tempat ke tempat lain
bisa berbeda. Tidak lucu kalau setelah di bawah kita sadar harga di atas
ternyata lebih murah :)
Dari Gua Maria perjalanan kami
lanjutkan ke Curug Sidomba, jalan ke curug ini sangat bagus sepertinya pihak
parawisata cukup peduli agar para wisatawan sampai dengan nyaman ke tempat
tujuan. Di curug Sidomba terdapat masjid yang bagus dan tempat parkir yang
cukup luas. Penjual di sini juga memberi harga cukup masuk akal. Curug Sidomba-nya
bisa kita lihat setelah menuruni tangga berputar dengan jarak yang tidak
terlalu jauh.
Dan ternyata saudara-saudara,
yang disebut Curug ini sangat kecil, bahkan menurut saya bisa disebut seperti
pancuran biasa. Terlalu sayang tenaga yang kita gunakan untuk menuju curug
kalau pemandangan yang kita lihat tidak cukup memuaskan mata. Saran saya, kalau
mau melihat sampai Masjidnya tidak ada salahnya ke sini, tetapi kalau untuk
melihat Curug pandang saja dari atas.
Sepulang dari Curug hari sudah
sore, tapi kami masih memanfaatkan waktu untuk mampir di museum Lingar Jati.
Museum ini cukup lengkap dengan biaya masuk yang sangat murah. Setelah itu dilanjutkan
makan malam dan istirahat.
Hari ketiga
Hari terakhir, 31 Maret 2014 kami
tidak ingin kemana-mana, sebelum keluar hotel nanti siang, kami ingin menikmati
fasilitas water boom yang belum kami gunakan. Kami punya banyak tiket masuk
karena sejak menginap selama 2 hari untuk 3 kamar belum ada 1 pun yang
digunakan. Setelah semua memegang tiket, masih bersisa 3 tiket lagi di tangan.
Warga sekitar cukup antusian
menikmati water boom, terlihat dari banyaknya yang antri untuk membeli tiket.
Tiket masuk seharga Rp 45.000 kami jual seharga Rp 30.000,- lumayan untuk
menambah uang kas. Kami bermain sepuasnya. DI water boom ini permainannya cukup
lengkap. Rasanya puas menginap di hotel ini dengan kamar yang nyaman dan bonus
yang menyenangkan.
Menjelang siang kami harus
buru-buru persiapan pulang, takut ketinggalan kereta dan amsih ingin menikmati
makan siang di Cirebon. DI Cirebon ada tempat makan yang enak dan murah bernama
Nasi Jamblang Ibu Nur.
Perjalanan ke Cirebon cukup
berkesan dan banyak tempat wisata. Masih banyak lagi yang belum sempat kami
jalani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar