Kamis, 29 September 2016

Rasa Memiliki



Merasa memiliki yang sebenarnya bukan milik kita itu sah-sah saja sepanjang rasa tersebut memberikan pengaruh yang positif. Seperti misalnya sebuah taman di sebuah kompleks perumahan. Semakin banyak yg merasa memiliki dan menjaga bersama sebagaimana menjaga milik pribadi, maka semakin baguslah taman tersebut.
Tetapi apabila rasa memiliki tersebut malah membuat orang-orang merasa yang paling punya hak, maka hasilnya akan berbeda. Karena akan ada yang merasa lebih dan orang lain menjadi tersisih.
Rasa memiliki itu juga bisa berupa perasaan kepada orang lain. Seorang teman bercerita, bagaimana dia akhirnya terpaksa menikah dengan seseorang  lelaki yang pernah menjadi masa lalunya.WAlaupun hubungan sudah berakhir tetapi si lelaki merasa bahwa teman saya ini masih pacarnya. Entah karena lemahnya teman saya sehingga tidak bisa menolak saat dilamar, atau karena si lelaki pintar mengambil hati calon mertua sehingga pernikahan itupun terjadi.
Demikian juga dengan milik umum di sekitar kita. Ada orang karena merasa memiliki maka berusaha untuk menjaga agar tetap terawat  dan nyaman dipandang/digunakan baik oleh dirinya maupun oleh orang lain.  Tetapi tidak sedikit orang yang salah menerjemahkan rasa memiliki. Karena  merasa sebagai pemilik maka mereka boleh berbuat apa saja, termasuk mencoret-coret fasilitas umum, membuang sampah sembarangan dan hal-hal tidak baik lainnya.
Lalu, rasa memiliki yang manakan yang lebih sering kita lakukan?

Senin, 26 September 2016

Selamat Datang Tiga Calon Gubernur DKI 2017




Setelah berbulan-bulan sejak berita pilkada Februari 2017 didengungkan, media sosial dan pertelevisian telah dijejali informasi siapa kira-kira yang akan dan pantas untuk bersaing memperebutkan DKI1. Ada yang mulai mencoba menjajaki pasar dengan tiba-tiba berbaur dengan masyarakat umum yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Berbagai hal-hal konyol dan lucu dilakukan demi dikenal dan dibicarakan masyarakat.
Ada yang tiba-tiba belanja di pasar dengan menggunakan baju bercorak khusus dan membiarkan dirinya dibully padahal seorang pengacara terkenal. Ada yang sering-sering muncul di tv lalu memberi janji untuk memperbaiki Jakarta padahal selama ini orang hampir tidak kenal dirinya bahkan lebih banyak yang tahu nama panggilannya tanpa tahu nama aslinya. Ada yang rajin membuat acara-acara sosial dan membuat gerakan yang sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Ada yang mencari pendapat melalu fan fage dan meminta tanggapan para netizen.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan semua usaha tersebut, sepanjang itu positif tentu masyarakat akan menyambut dengan riang gembira. Selain para calon yang turun tangan tersebut, ada juga yang sepertinya meminta bantuan para penggiat media sosial. Terdapat banyak akun yang konsisten hanya membicarakan jagoannya dengan segala program-program masa depan.
Tetapi diluar cara-cara baik tersebut, sebenarnya di media sosial sudah terjadi perang dan saling serang antara pendukung yang satu dan pendukung yang lain. Banyak sekali akun-akun yang konsisten menjelek-jelekkan gubernur DKI yang sekarang , kalau memang benar adanya sebenarnya itu tidak masalah, itu menjadi masukan gratis buat gubernur DKI untuk memperbaiki yang masih kurang ataupun yang salah. Tetapi kalau yang ditampilkan hanya fitnah setiap kali, masihkan kita harus diam dan memaklumi? Ditambah lagi yang paling berisik sering sekali orang yang jauh dari Jakarta.
Namun akhirnya , kita harus bersyukur sejak dibuka pendaftaran calon gubernur dan calon wakil gubernur 21 - 23 September 2016 kemarin akhirnya terdaftar 3 pasang cagub dan cawagub. Yang pertama mendaftar adalah Basuki Cahya Purnama - Djarot yang didukung partai Nasdem, Hanura, Golkar dan PDIP yang baru ikut bergabung di malam sebelumnya.
Calon yang kedua mendaftar dan di hari ke-2 adalah Agus Harimurti Yudhoyono bersama pasangan cawagubnya Sylviana Murni.  Yang diusung oleh partai Demokrat, PPP, PKB dan PAN. Diamana Agus ini sesuai dengan nama belakangnya adalah anak dari ketua umum partai demokrat sekaligus mantan presiden Indonesia ke-6 Bapak Bambang Susilo Yudhoyono.
Calon yang ke-3 yang juga baru mendaftar di detik-detik terakhir adalah Anis Baswedan dan – Sandiaga Uno. Dimana Anis baru diumumkan di hari terakhir. Padahal yang selama ini diduga kuat menjadi calon gubernur dari Gerindra dan koalisinya PKS adalah Sandiaga Uno sedang pendampingnya masih dicari walaupun sudah sempat muncul beberapa nama.
Bahkan di acara Mata Najwa 21 September 12016 kemarin, saat Ahok dan Djarot sudah sah mendaftar sedang Partai Demokrat masih berdiskusi di Cikeas, Najwa Shihab melakukan wawancara by phone dengan Sandaiga Uno dan jawaban Sandiaga Unopun masih mengambang, entah sebenarnya belia sudah tahu tapi belum boleh diumumkan ke khalayak umum.
Dengan hadirnya 3 nama ini, terus terang saya pribadi bersyukur bahwa yang nanti bertarung memperebutkan kursi gubernur dan wakil gubernur DKI mempunya kekuatan yang seimbang/sebanding.
Tinggal kita menunggu program-program andalan mereka bertiga serta bagaimana tim sukses akan mempromosikan. Semoga tidak ada kampanye yang berbau SARA dan kampanye yang membunuh karakter perseorangan. Dan berharap juga para calon terbaiklah yang akan bertarung di daerah-daerah lain, sehingga setiap daerah saling berlomba mempertunjukkan kemajuan daerahnya sehingga kita tidak jauh tertinggal dari negara-negara tetangga.
Sejauh ini pendukung-pendukung calon yang saya ikuti adalah @PartaiSocmed yang mendukung Ahok dengan cara yang sangat objektif dimana akun twitter ini dulu juga adalah pendukung Jokowi-JK saat pilpres. Dan yang sudah menyebut diri pendukung Anis Baswedan ada penulis dan komedian Pandji Pragiwaksono yang bisa kita baca tulisannya tentang Anis Baswedan di http://pandji.com/pilih/ atau follow twitternya @pandji.
Tentang Agus Harimurti sejauh ini saya belum menemukan tulisan tentangnya. Semoga kita juga tercerahkan dengan tim sukses dari calon tersebut sehingga para pemilih nanti bisa benar-benar memilih berdasarkan kualitas bukan karena simpati apalagi karena selera. Kota Jakarta kedepan tidak cukup karena selera, karena itu akan mempengaruhi kehidupan banyak orang. Selamat menyusun program para petarung dan selamat mempertimbangkan dan menonton buat warga DKI dan penduduk seluruh Indonesia.

Minggu, 25 September 2016

Voucher Belanja Berbuah Virus Email Sampah



Beberapa waktu yang lalu Kakak ipar saya mengirimkan link dimana disebutkan kalau kita kirim ke 20 orang teman maka ada kemungkinan kita dapat voucher belanja dari sebuah produk terkenal. Secara refleks saya juga mengirim link itu ke teman-teman dekat saya, selain saya berharap saya dapat voucher belanja tersebut, saya juga  berharap teman saya bisa mendapatkannya.
Setelah kirim link, baru kemudian saya mencoba mengikuti petunjuk dalam link tersebut. Dan sempat membaca testimoni orang-orang yang berterima kasih untuk voucher belanja yang mereka dapatkan. Ada beberapa pertanyaan yang sangat umum, seperti seberapa sering kita belanja di toko tersebut. Adakah toko yang dekat dengan rumah dan beberapa pertanyaan lain yang sangat gampang untuk dijawab. Dan sesi terakhir dari proses tanya jawab itu adalah memberikan alamat email, karena masuk logika juga, voucher harus dikirim dan alamat pengiriman adalah email  dan tanpa saya sadari ternyata link itu masuk ke situs biro jodoh.
 Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, saya sudah terlanjur memberikan alamat email. Setelah itu saya langsung info ke Kakak ipar dan teman yang saya kirim link agar mengabaikan link itu karena itu hanya jebakan untuk masuk ke link biro jodoh dan sepertinya situs porno juga.
Sejak saat itu hampir setiap hari ada email sampah yang jumlahnya sangat banyak saya terima. Walaupun saya sudah block sepertinya mereka punya ribuan akun. Semoga teman tidak tergoda juga untuk mencoba dan menyebarkan link penipuan seperti yang saya alami.

Bekasi, 17 Februari 2016 

Tulisan ini sudah pernah diposting di www.kompasiana.com/Afriska07

Jumat, 23 September 2016

Karang Taruna dan Semangat Gotong Royong yang mulai pudar





Tanggal 17 Agustus 2016 kemarin saya sengaja tidak pergi kemana-mana karena pukul 22:00 wib nya ada pertandingan Bulu tangkis Indonesia melawan China di Olimpiade Rio 2016. Sebenarnya pagi -pagi keluarga sudah mengajak untuk jalan-jalan ke Bandung, teman-teman panitia acara fun walk alumni juga menawarkan kumpul-kumpul di Semanggi, tetapi demi menjaga diri agar tidak mengantuk saat pertandinga bulu tangkis, akhirnya semua tawaran menarik itu saya tolak.
Di kompleks kami tinggal sama sekali tidak ada acara rame-rame 17-an, hanya bendera yang berkibar di tiap rumah yang menandakan warga kompleks turut serta memperingati acara ulang tahun kemerdekaan negara tercinta tersebut.
Hari Sabtu, 20 Agustus 2016 ponakan kecil minta ikut menginap di rumah saudara sepupu (Abang saya) di Pondok Gede. Akhirnya saya terpaksa menemani dia pergi ke Pondok Gede karena Bapak Ibunya akan pergi ke Puncak.
Ternyata tanggal 20 Agustus tersebut adalah acara puncak perayaan Tujuh Belasan di RT tersebut. Selain untuk pembagian hadiah diramaikan juga dengan tarian dan drama perjuangan yang diramu cukup lucu dan menarik.
Digagas oleh karang taruna, dibuatlah panggung di sebuah tanah kosong. Diawali dengan kata sambutan dari PakRT, RW, ketua panitia lalu tari pembukaan dari daerah Lampung. Selang seling dengan tari daerah lain, ada tari dari Aceh, Padang dan tari kontemporer. Penarinya mulai dari anak-anak TK sampai SD. Menurut informasi dari keponakan saya, kebenaran dia ikut menjadi penari, mereka latihan hanya 3 hari saja.
Dan yang lebih membuat saya kaget, salah satu personil Wali yang kebenaran sering main di rumah saudaranya di depan rumah Abang saya (saya gak tau band, nama apalagi orangnya :) )bela-belain tidak ikut teman-temannya ke Kediri demi acara tersebut. Personel Wali tersebut tampil sekitar pukul 11-an, saya sudah balik ke rumah sekitar pukul 10:00. Acara berakhir sekitar pukul 01:00 pagi.
Karang Taruna, organisasi kepemudaan yang sering menjadi garda depan untuk acara-acara kebersamaan seperti kebudayaan, olah raga, ketrampilan yang rasanya akhir-akhir ini semakin menghilang. Terutama di daerah perkotaan, dimana dalam suatu acara tinggal mencari panitia dan sudah ada hitung-hitngan dana. Bukan lagi semangat gotong royong dan kebersamaan. Ataukah cuma saya yang merasa seperti itu?

Rabu, 21 September 2016

Bapakku dan HKBP Bah Birong Ulu




Saat-saat sekarang ini, waktu Bapak banyak dihabiskan bermain bersama cucu di rumah Abang yang nomor 3. Ketika saya datang biasanya kami bercerita tentang masa - masa yang lalu. Satu hal yang menarik perhatian saya adalah cerita Bapak tentang keikutsertaannya dalam mendirikan sebuah gereja di Bah Birong Ulu, suatu area perkebunan di daerah Sumatera Utara.
Dulu, karena Bapak saya menolak jadi PNS dan melamar ke perkebunan dan langsung diterima bekerja di perkebunan teh. Menurut Bapak, hidup mereka saat  di sana sangat makmur, karena berlimpah makanan dan gaji yang lebih dari cukup. Selain dapat gaji dari perkebunan, Bapak juga berkebun dan mengelola sawah yang diberikan saudara dari Ibu sehingga beras yang dibagikan kebun dengan kualitas kurang baik tidak pernah dimakan.
 Saat merantau ke Bah Birong Ulu (Sebenarnya bukan merantau juga karena masih 1 propinsi), Bapak saya membawa Alkitab yang sering dibacanya di tempat kerja. Suatu hari ada yang melihat Bapak sedang membaca Alkitab lalu mulai mengajak ngobrol.
Setelah mereka hitung-hitung, rasanya mereka sudah bisa mendirikan gereja di tempat tersebut. Mereka lalu mulai menghubungi teman-temannya dan menyampaikan rencana tersebut. Dan yang bergabung bukan hanya orang Batak tetapi ada juga 2 orang Jawa. Tahun 1966, Bapak dan teman-temannya mengirimakan surat permohonan ke pihak-pihak terkait untuk meminta ijin mendirikan gereja. Mereka berkirim surat ke adm (manager), askep (asisten kepala), tuan bas (ahli gambar).
Akhirnya gereja berdiri dan salah satu nama pendirinya tertulis nama Bapak Sinton Ambarita. Bapak ditawarkan menjadi salah satu pengurus di gereja, tetapi berhubung Bapak tidak yakin bisa hidup sesuai firman Tuhan, akhirnya jabatan itu tidak diterima.  Tetapi Bapak tidak bisa berlama-lama menjadi jemaat di sana karena Kakek meminta Bapak pulang untuk menjaga dan merawat tanah warisan.
Setelah kelahiran Abang saya yang no 1 (anak ke-2), tahun 1970-an Bapak pulang ke kampung halaman dengan diiringi tangis dari rekan-rekannya. Kiranya gereja HKBP Bah Birong Ulu semakin berkembang dan jemaatnya menjadi berkat dimanapun berada.