Kamis, 08 September 2016

Commuter line dan kisah di dalamnya



Sekian lama tinggal di Jakarta, saya kemana-mana lebih sering menggunakan bis. Walaupun dari dulu sudah sering mendengar teman yang tinggal di Bekasi dan bekerja di Depok lebih memilih naik Commuter Line karena lebih cepat dan bisa bayar setengah harga. Dulu memang naik Commuter line katanya bisa umpet-umpetan sama petugas karcis. Kalau tidak punya karcis, bisa bayar cash ke petugas dan harga bisa nego.
Beberapa tahun terakhir ini, lupa bagaimana ceritanya saya coba-coba naik commuter line dari Tebet ke Sudirman. Kalau naik bis biasanya antara 90 menit  hingga 120 menit. Setelah saya coba naik commuter line, saya bisa sampai lebih cepat, antara 45 menit hingga 60 menit.
Setelah berhasil mempersingkat waktu, akhirnya saya coba-coba ke tempat lain yang ada rute commuter line api. Dan lebih mudah lagi setelah ada kartu transportasi dimana kita bisa turun dimana saja tanpa takut kena denda. Soalnya saya pernah bareng-bareng dengan teman dari Depok. Teman saya turun di stasiun Pasar Minggu sedangkan saya di stasiun Tebet.
Tetapi ketika akan keluar dari stasiun, palang pintu tidak terbuka ketika saya meletakkan tiket di tempat yang telah ditentukan. Setelah petugas datang, terbaca di tiket bahwa saya seharusnya turun di Pasar Minggu. Ternyata tiket saya tertukar dengan teman.
Jadi kalau kita belum punya kartu untuk transportasi, harus turun ditempat dimana tujuan yang kita sebut saat membeli tiket, turun lebih dekat dari tujuan semula tidak apa-apa tetapi kalau lebih jauh tidak bisa. Masih untung saya tidak denda, hanya uang deposit di kartu menjadi hangus. Waktu itu, biaya kartu masih Rp 5.000,- dimana uang kita akan kembali kalau kartu kita tukar setelah menggunakan commuter line. Sedangkan biaya perjalanan commuter line juga cukup murah, Rp 2.000 untuk jarak tertentu dan biaya tambahan Rp 500'-/km kalau lebih dari batas. Sekarang biaya deposit kartu menjadi Rp 10.000,- dan biaya perjalanan menjadi Rp 3.000,-
Hal lain yang perlu diperhatikan saat menggunakan commuter line adalah harus waspada  dan menajamkan telinga mendengar informasi dari pengeras suara stasiun yang akan kita masuki. Untuk yang sudah biasa dan hafal jalan mungkin tidak masalah, tetapi untuk yang baru dan malu bertanya harus lebih konsentrasi karena tidak ada tulisan informasi seperti yang terdapat di trans Jakarta.
Pernah suatu kali saya naik commuter line dan harus turun di Klender, itu satu stasiun dari Jati negara. Informasi dari pengeras suara menyebutkan commuter line akan memasuki stasiun Cipinang, padahal commuter line tidak berhenti di stasiun tersebut. Jadi saya sempat agak santai sehingga tidak sadar kalau commuter line sudah berhenti di Klender. Saat commuter line menginformasikan commuter line sudah tiba di stasiun Klender bertepatan dengan menutupnya pintu. Sehingga saya harus ikut sampai stasiun berikutnya. Rencana mau balik lagi ke Stasiun Klender dengan commuter line yang balik arah, apa daya ternyata tidak ada lagi commuter line yang balik karena sudah pukul 22:00 wib
Selain cepat dan murah, sejauh ini semua stasiun dan commuter line yang saya naiki sangat bersih. Terdapat banyak tempat sampah di stasiun dan kereta. Sepertinya setiap pengunjung juga tidak membuang sampah sembarangan. Ternyata bisa juga warga Indonesia menjaga kebersihan, semoga ini berlaku untuk setiap orang dan setiap tempat.
Sangat bersyukur dengan transportasi yang setiap waktu memperbaiki penampilan dan pelayanan ini tetapi akan lebih bagus lagi kalau bisa menjangkau semua tempat bukan hanya DKI dan sekitarnya tapi juga di daerah-daerah lain.

Salam Clic

Tidak ada komentar:

Posting Komentar