Kamis, 28 April 2016

Ulang Tahun GAMKI dan Pesan Toleransi Jonan



Pada tanggal 23 April 2016 kemarin GAMKI (Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia) memperingati hari lahirnya yang ke-54. Acara dilaksanakan di gereja Immanuel Jl. Merdeka Timur Gambir, Jakarta.  Dalam acara ini GAMKI melakukan berbagai acara seperti Bazar, donor darah, pemeriksaan kesehatan gratis, musik, lomba basket 3 on 3 serta perlombaan vocal grup.
Acara sudah dimulai pukul 09:00 wib. Panitia menggunkan kaos putih sebagai seragam. Warga cukup antusias dengan acara tersebut, juga didukung dengan lokasi Gereja yang cukup strategis juga halaman yang cukup luas untuk pelaksanaan acara. Bazar kebanyakan menjual makanan, mulai dari makanan Manado, Betawi, Sumatra dan juga minuman ringan lainnya.
Sinar matahari yang cukup menyengat tidak menyurutkan semangat para pemain basket. Untuk Vocal grup diadakan didalam gedung gereja. Siang hari sekitar pukul 15:00wib pemenang basket 3 on 3 dan vocal grup sudah diketahui, tetapi khusus pemenang vocal grup hasil keputusan dewan juri masih disimpan di dalam amplop dan baru akan diumumkan bersamaan dengan penyerahan hadiah dan piala malam harinya di acara puncak dies Natalis GAMKI yang akan diadakan berupa ibadah syukuran di gedung gereja Imanuel.
Sekitar pukul 18:00 wib acara kebaktian dimulai, setelah selesai ibadah kata sambutan dari seior GAMKI sekaligus mantan ketua Bang Sahat Sinaga, dilanjutkan ketua GAMKI yang sekarang Bung Michael Wattimena. Pesan-pesan motivasi serta harapan dari ketua GAMKI agar organisasi GAMKI kedepannya untuk bisa tetap menjaga sikap dan menjadi panutan dalam bermasyarakat.

Hampir pukul 21:00wib Pak Jonan hadir ditempat, beliau hadir sebagai tamu undangan. Sejak Pak Jonan datang, rasanya jantung saya sudah tidak tenang. Ingin segera salaman dan berfoto dengan Pak Jonan. Maklum, dia adalah salah satu orang yang saya kagumi. Keberhasilannya membuat transportasi kereta api bangkit dari keterpurukan, sekaligus mebuat sistem yang lebih teratur dan rapi adalah awal saya mengaguminya.
Padahal, kereta api itu sempat menuju kebangkrutan, dimana menurut kakak senior saya jalur kereta api, semakin tahun semakin pendek. Bukannya berkembang malah semakin menyusut. Tetapi sejak Pak Jonan menjadi pemimpin perkeretaapian, kondisi semakin membaik dan malah berkembang.

Dalam kata sambutan yang diberikan Pak Jonan, kata-kata yang membekas bagi saya adalah "Jangan bekerja karena agama, bekerjalah karena hati". Pak Jonan mengatakan dalam bekerja beliau tidak pilih-pilih agama rekan atau stafnya. Sepanjang bisa bekerja dengan baik dia akan mempertahankannya. Pesan Ibu saya " Istrimu memang harus Kristen, tapi rekan kerja tidak memandang agama" kata Pak Jonan yang membuat yang hadir menjadi tertawa.
Pak Jonan juga menyebutkan, ketika menjadi direksi Kereta api, beliau juga menjadi kepala untuk 1,300-an menjid, musholla dan langgar milik kereta api. Sejak beliau juga tempat ibadah itu menjadi lebih bersih. Bahkan kata Pak Jonan, ketika Pak Jususf Kalla mengecek sound system di Majsid Istiqlal, Pak Jonan adalah salah satu yang diminta pendapatnya. Indahnya negeri kita andai setiap orang dapat berpikir dan bertindak seperti Pak Jonan. Rasanya rasa  kagum saya kepada beliaupun bertambah.

Selesai acara potong kue akhirnya bisa juga foto-foto dengan Pak Jonan. Sehabis acara Pak Jonan langsung pulang dan acarapun dilanjutkan dengan makan malam. Selesai acara potong kue akhirnya bisa juga foto-foto dengan Pak Jonan. Sehabis acara Pak Jonan langsung pulang dan acarapun dilanjutkan dengan makan malam.
Selamat ulang tahun GAMKI semoga tetap mberjalan dalam kebenaran dan pembawa damai di negeri kita.

Salah Paham dalam Membaca Pikiran Orang




Dalam berinteraksi dengan orang lain, terkadang kita mengatakan atau mempertanyakan sesuatu hal dan kita mendapat jawaban yang membuat kita merasa tertohok. Dalam posisi ini, kita ataupun teman bicara kita sedang mencoba saling membaca pikiran. Kita mengharapkan jawaban A tetapi teman memberikan jawaban B karena menurut dia tujuan  pernyataan atau pertanyaan kita menjurus ke B.
Atau bisa jadi konsentrasi orang tersebut sedang ke hal lain lalu kita yang menerima efeknya. Teringat dengan tulisan seorang teman di facebook dimana biasanya dia tidak pernah menulis bernuansa marah, selalu senyum dan semangat yang disebar. Dalam statusnya dia menulis "Maksud hati hanya bertanya, kenapa si Bapak menjawab dengan marah-marah?". Walaupun komentar di status itu semua mencoba mengalihkan ke hal-hal lucu tetapi yang memposting tulisan sudah merasa keterlaluan karena jawabannyapun masih sedikit terbawa emosi.
Terkadang kita tidak tahu apa yang dialami dan dirasakan orang lain, tetapi kita ikut terbawa perasaan. Seperti saat seorang teman menulis distatusnya "Saya terlambat kuliah yang ke-3 kali padahal jam sudah saya percepat. Si Bapak pakai waktu Indonesia apa ya? Akhirnya saya pulang untuk tidur siang". Waktu saya mencoba bertanya kenapa temannya tidak ikut terlambat? Dia mengatakan "Bukankah sudah saya sebutkan di atas mereka ada kuliah pagi sebelumnya". Ketika postingannya saya sreen shoot yang menunjukkan tidak ada kata-kata seperti yang dia sebutkan, teman saya malah terlihat marah dan menganggap saya tidak bisa membaca yang tersirat.
Kadang-kadang kita mengharapkan orang lain mengerti maksud kita tetapi ketika ternyata mereka tidak mengerti, kita malas untuk menjelaskan walaupun sebenarnya hanya penjelasan sederhana tetapi malah kita membiarkan semakin berlarut dan masalah mengambang tanpa jawaban.
Demikian juga terjadi dalam pembicaraan saya dengan teman di chat. Saya tidak ada niat untuk menyuruhnya mengerjekan sesautu dengan cepat, tetapi sepertinya dia tersinggung dan mengatakan sedang bekerja dan bukan tidur siang. Ketika saya mencoba memberi alasan, malah permasalahan semakin melebar. Akhirnya saya memilih diam daripada saya menjadi tidak enak hati sendiri.
Kadang-kadang diam itu memang penyelesaian yang paling baik....

Jumat, 22 April 2016

Ojek Pangkalan yang Tidak Belajar dari Pengalaman



Beberapa waktu yang lalu, pengendara di Jakarta sempat demo menolak kendaraan umum berbasis aplikasi. Alasan mereka adalah mengambil penumpang angkutan umum resmi dan angkutan aplikasi tidak membayar pajak.
Sebagai pengguna jasa angkutan umum, dalam beberapa hal saya merasa diuntungkan. Kalau misalnya saya mau ke suatu tempat dan membutuhkan 3 kali ganti angkutan kalau bisa sekali dengan tarif terjangkau kenapa tidak. Kalau mau naik taksi kemahalan, naik ojek pangkalan nego harus pakai rasa tega. Belum lagi taksi yang tidak mau melayani untuk jarak dekat. Atau sopir taksi yang kadang nakal sengaja ambil jalan lain agar jarak lebih jauh.
Hari Minggu kemarin saya mau ke rumah Abang saya yang berjarak 2 km dari tempat saya berada. Sebelum ojek online marak, naik ojek dari tempat yang sama cuma Rp 10.000,-. Tapi seiring ojek online harganya bukan per kilometer tetapi Rp 15.000,- maksimal 25 kilometer maka ojek pangkalan ikut menaikkan tarif ditambah waktu itu harga BBM naik.
Sekarang tarif ojek online bervariasi berdasarkan jarak, kalau dibawah 10 kilometer tarifnya sebesar Rp 12.000,- dan kadang kita tidak memberikan harga pas, jatuh-jatuhnya kita memberi Rp 15.000,- juga. Berdasarkan pemikiran ini, akhirnya saya mendekati ojek pangkalan dan menanyakan berapa harga ke tempat yang saya tuju. Lalu si Bapak ojek menyebut Rp 20.000,-. Saya mengucapkan terima kasih lalu hendak beranjak pergi karena saya malas menawar lagi.
Tetapi karena si Mas yang sering berada disana untuk mengatur jalannya angkutan umum dan sering melihat saya, lalu mengatakan tarifnya Rp 15.000,- saja. Saya mencoba sedikit menawar walaupun memang sudah sepakat dalam hati dengan harga yang ditawarkan. Wajah si Bapak ojeknya langsung cemberut dan terkesan menolak. Lalu si Mas penjaga di sana sedikit bernegosiasi sehinggga Bapak Ojek mau mengantar dengan tarif Rp 15.000,-
Di jalan saya mengatakan ke Bapak Ojek agar seharusnya jangan menawarkan harga terlalu tinggi, yang wajar saja karena sudah banyak saingan. Saya sebenarnya bisa saja menggunakan ojek online tapi karena ingin berbagi dengan ojek pangkalan akhirnya akan mikir-mikir lagi kedepannya.

Kamis, 21 April 2016

Selamat Ulang Tahun JIL, dari saya seorang Kristen



Lahir dan besar di sebuah desa yang damai dengan semua penduduknya Kristen tidak membuat saya antipati dengan agama lain. Sampai setingkat SMA semua baik-baik saja ditambah keluarga besar saya sudah bercampur etnis dan agama. Ketika menginjak bangku kuliah baru berasa ada pemisah antara agama yang satu dengan yang lain. Ditambah beberapa dosen yang terkenal "pelit" memberi nilai untuk agama lain.
Salah satu contohnya adalah saat pemilihan ketua organisasi jurusan di kampus, kami sebagai anak baru sama sekali tidak mengenal calon ketua organisasi jurusan sampai seorang kakak kelas menghampiri kami yang sedang berkumpul di ruang pemilihan.  Kakak kelas tersebut bilang " Jangan plih si A ya, dia belum pengalaman dan tidak tahu apa-apa tentang organisasi, Kakak saja yang satu angkatan tidak pilih dia". Saat itu tidak ada pikiran apa-apa sampai saya mendengar bisik-bisik bahwa kedua calon ini berasal dari 2 agama.
Akhirnya orang yang dibilang si Kakak senior banyak pengalam itu kalah karena kenyataan justru si A-lah yang banyak pengalam dan lebih disukai mahasiswa. Dalam banyak kegiatan dan kejadian juga aroma perbedaan itu sangat terasa. Misalnya beberapa laboratorium tidak akan pernah memiliki asisten dari agama yang berbeda, atapun pengelompokan-pengelompokan para mahasiswa.
Dunia kerja mungkin bisa dibilang ada banyak orang yang menggunakan sentimen agama dalam mencari karyawan ataupun dalam menentukan karir seseorang. Mungkin sebagian orang bisa berkata itu hanya halusinasi dan tidak ada buktinya. Tapi sebagian lain ada yang mengaku mengetahui atau bahkan menjadi pelaku ataupun korban. Karyawn yang tidak mau mengucapkan hari besar kepada atasannya karena ada larangan.
Belum lagi di dunia maya, yang kita tidak kenal siapa orangnya lalu berteriak-teriak "kafir, haram, darahmu halal". Dan banyak lagi kata-kata lain yang sungguh membuat saya pribadi kuatir akan hubungan antar beragama kedepannya. Sedangkan satu agama saja  bisa berkata "Halal darahmu ditumpahkan" hanya karena beda pandangan, bagaimana dengan agama lain? Belum lagi ada pihak yang sengaja menggesek. Adakah kita sempat mencari tahu siapa dia, apa motifnya? Yang ada kepala langsung panas, berita disebar lalu rame-rame mengatakan "Ini musuh agama kita".
Melihat kondisi ini saya benar-benar kuatir akan Indonesia kedepannya. Walaupun kalau dihitung-hitung masih lebih banyak teman-teman saya yang toleran daripada yang menganggap agama lain adalah penumpang dan warga kelas 2 di negeri ini.
Bergabung dalam sebuah grup WhatsApp dan facebook yang bernama Indonesia Hari ini dengan memegang motto "Menolak kekerasan atas nama agama" membuat saya mengenal semakin banyak lagi teman yang rindu Indonesia yang aman dan damai.  Salah satu anggota grup itu adalah Pak Ade Armando yang mungkin sudah cukup dikenal karena pemikiran-pemikirannya membuat marah sebagian umat Islam.
Pak Ade Armando mengundang anggota grup yang berkenan hadir di ulang tahun JIL pada tanggal 1 April 2016 di Pisa Cafe Blok M. Sebelumnya ada beberapa anggota grup yang semangat untuk datang tetapi akhirnya hanya saya berdua dengan Ibu Eni-lah yang bisa hadir. Pak Ade Armando sebagai pembicara di acara tersebut yang setelah sebelumnya acara dibuka sekitar pukul 19:00 wib. Lalu ada potong tumpeng disertai lagu selamat ulang tahun.
Pak Ade Armando membacakan pidato yang telah disusun dalam sebuah naskah. Isi nasakah yang dibacakan Pak Armando adalah beberapa survey di sejumlah negara di antaranya Malaysia, Indonesia, Turki dan beberapa negara Islam. Pertanyaan survey tersebut diantaranya apakah wanita pantas mendapat hak waris yang sama dengan pria, apakah seorang istri harus taat kepada suami, apakah hukuman mati pantas untuk oranng yang murtad?
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, tingkat persentase Turki hampir sama dengan Indonesia. Dan menurut Pak Armando itu bagus, berarti toleransi di Indonesia hampir sama dengan di Turki. Menurut Pak Armando yang sedari kecil taat melakukan isi Alquran dan hanya 1 yang beliau tidak setuju yaitu tentang naik haji. Karena menurutnya, untuk mencari Tuhan tidak harus jauh-jauh ke Arab Saudi, Tuhan itu ada dimana saja.
Menurut Pak Armando sebaiknya hadits itu jangan dimaknai kata perkata, harus mengetahui penyebab ayat itu muncul dan beberapa malah bertentangan dengan keadaan sekarang. Seperti ayat tentang potong kuku. Menurut Pak Armando, sebaiknya hadits itu cukup sebagai pegangan hidup, bukan sebagai hukum.
Yang datang dalam acara tersebut tentu saja pendiri JIL yaitu Pak Ulil, ada anggota MUI, ada dosen, guru dan profesi lainnya. Senang mengetahui bahwa kegelisahan saya ternyata dirasakan juga oleh saudara-saudara yang Muslim. Bahkan salah seorang yang hadir bernama Rizal Lubis sempat berdiskusi lama sesudah acara bubar.
Rizal dan teman-temannya sedang mencari banyak lagi orang-orang yang mau bergerak bersama untuk saling mengenal setiap komunitas, agama di negeri ini agar tidak ada saling curiga dan bersama-sama menjaga keutuhan negeri ini. Seperti yang Rizal paparkan bahwa Natal kemarin mereka ikut merayakan bersama kaum muda salah satu gereja. Dan yang terbaru, mereka baru saja mengunjungi komunitas Yahudi di Jakarta. Dan disemua tempat yang mereka kunjungi, semua menyambut dengan tangan terbuka.
Selamat ulang tahun ke-15 JIL. Melihat hal ini saya percaya bahwa Indonesia masih akan baik-baik saja kedepannya, walaupun ada banyak orang yang ingin merongrong dari dalam, selagi kita masih bisa saling menghargai, semua itu masih bisa kita hadapi. Salam Indonesia damai.

Bersama Pak Ade Armando
Bersama Mas Guntur Romli

Selasa, 19 April 2016

Siapa Seharusnya yang Paling Menikmati Manfaat Asuransi



Sekarang ini orang sudah biasa memiliki asuransi. Bukan hanya 1, bahkan banyak yang memiliki 2-3 atau bahkan lebih. Mungkin karena kita menyadari tak selamanya tubuh kita sehat atau karena biaya rumah sakit yang sangat mahal. Dan sepertinya sudah menjadi kewajiban perusahaan atau instansi juga untuk mengasuransikan karyawan/pegawainya.
Demikian juga ditempat saya bekerja. Ada asuransi yang hanya ditanggung untuk rawat inap dan ada asuransi yang juga menanggung rawat jalan. Dan demi memudahkan karyawan berobat, sengaja dibuka klinik di tempat saya bekerja, bukan klinik perusahaan tetapi klinik langganan perusahaan. Klinik ini hanya untuk pertolongan pertama yang dijaga seorang perawat, kalau tidak bisa ditangani baru di rujuk ke klinik pusat atau ke rumah sakit.
Untuk biaya rawat jalan kebenaran limitnya tidak terlalu besar. Bulan Januari kemarin iseng-iseng saya tes darah yang aktanya untuk 1 item test seharga 15 ribu rupiah. Saya test 3 item. Karena kebenaran di 1 item ada hasil yang kurang baik lalu suster memberikan 1 papan obat. Saya bertanya berapa harga obatnya. Suster menyebut hanya sekitar 10 ribu-an.
Berhubung alat geseknya ada di klinik pusat, maka kartu ditinggal dan baru diambil esok harinya. ketika membaca struk pembayaran saya kaget karena limit terpotong 145rb. Ada biaya dokter segala. Lalu saya bertanya kenapa potongannya begitu besar dan kenapa ada biaya dokter, bukankah saya tidak ada konsultasi dengan dokter? Lalu perawat mengatakan biaya dokter itu sudah otomatis dan tidak mengurangi limit. Tetapi bagaimana bisa dibilang tidak mengurangi limit kalau sudah langsung terpotong?
Lalu saya menyampaikan informasi tersebut ke pihak HRD, agar mereka bisa bernegosiasi dengan pihak klinik. Agak nyesak juga pas HRD nya mengatakan "Kalau saya sih selalu murah ditagihkan". Lalu saya menyampaikan bahwa saya pribadi mungkin bisa saja dengan tidak berobat menggunakan kartu itu, tetapi bagaimana dengan yang lain. Apalgi sebelumnya seorang teman limitnya sudah habis. Bagaimana kalau ada kejadian yang membutuhkan biaya lebih besar, alangkah sayangnya potongan-potongan yang sedikit-sedikit menjadi bukit ini.
Apalagi banyak karyawan karena merasa tidak membayar premi lalu mengambil obat, susu, minyak kayu putih dan lain-lain dari klinik dengan harga mahal sedang kalau beli di luar bisa lebih murah. Harga troces (obat radang) yang diluar mungkin sekitar 20rb, kalau diambil di klinik harganya menjadi 75rb.
Jadi teringat yang pernah ramai di media sosial pengguna asuransi dikenakan biaya cabut gigi sebesar 9 juta, walau akhirnya setelah komplain ke banyak pihak menjadi sekitar 2jt-an.
Seharusnya asuransi itu manfaat terbesarnya adalah untuk pemegang kartu, tetapi melihat kejadian di atas sepertinya pihak ke-3lah yang paling menikmati hasilnya. Pihak asuransi mungkin merasa tidak perlu investigasi untuk hal-hal kecil seperti itu, sepanjang premi dibayar maka mereka juga akan memberi sesuai limit tanpa tahu penggunaannya.
Pihak pembayar juga tidak mau tahu sepanjang kewajiban membayar premi sudah dipenuhi, penggunaan terserah pemegang kartu dan pemegang kartu merasa beruntung, tanpa membayar apa-apa bisa mendapatkan yang diinginkan walau dengan harga yang lebih mahal. Dan pihak ke-3 pun bisa sorak sorai, keluar dana sedikit dapat untung sebesar-besarnya.

-Miris-