Kamis, 21 April 2016

Selamat Ulang Tahun JIL, dari saya seorang Kristen



Lahir dan besar di sebuah desa yang damai dengan semua penduduknya Kristen tidak membuat saya antipati dengan agama lain. Sampai setingkat SMA semua baik-baik saja ditambah keluarga besar saya sudah bercampur etnis dan agama. Ketika menginjak bangku kuliah baru berasa ada pemisah antara agama yang satu dengan yang lain. Ditambah beberapa dosen yang terkenal "pelit" memberi nilai untuk agama lain.
Salah satu contohnya adalah saat pemilihan ketua organisasi jurusan di kampus, kami sebagai anak baru sama sekali tidak mengenal calon ketua organisasi jurusan sampai seorang kakak kelas menghampiri kami yang sedang berkumpul di ruang pemilihan.  Kakak kelas tersebut bilang " Jangan plih si A ya, dia belum pengalaman dan tidak tahu apa-apa tentang organisasi, Kakak saja yang satu angkatan tidak pilih dia". Saat itu tidak ada pikiran apa-apa sampai saya mendengar bisik-bisik bahwa kedua calon ini berasal dari 2 agama.
Akhirnya orang yang dibilang si Kakak senior banyak pengalam itu kalah karena kenyataan justru si A-lah yang banyak pengalam dan lebih disukai mahasiswa. Dalam banyak kegiatan dan kejadian juga aroma perbedaan itu sangat terasa. Misalnya beberapa laboratorium tidak akan pernah memiliki asisten dari agama yang berbeda, atapun pengelompokan-pengelompokan para mahasiswa.
Dunia kerja mungkin bisa dibilang ada banyak orang yang menggunakan sentimen agama dalam mencari karyawan ataupun dalam menentukan karir seseorang. Mungkin sebagian orang bisa berkata itu hanya halusinasi dan tidak ada buktinya. Tapi sebagian lain ada yang mengaku mengetahui atau bahkan menjadi pelaku ataupun korban. Karyawn yang tidak mau mengucapkan hari besar kepada atasannya karena ada larangan.
Belum lagi di dunia maya, yang kita tidak kenal siapa orangnya lalu berteriak-teriak "kafir, haram, darahmu halal". Dan banyak lagi kata-kata lain yang sungguh membuat saya pribadi kuatir akan hubungan antar beragama kedepannya. Sedangkan satu agama saja  bisa berkata "Halal darahmu ditumpahkan" hanya karena beda pandangan, bagaimana dengan agama lain? Belum lagi ada pihak yang sengaja menggesek. Adakah kita sempat mencari tahu siapa dia, apa motifnya? Yang ada kepala langsung panas, berita disebar lalu rame-rame mengatakan "Ini musuh agama kita".
Melihat kondisi ini saya benar-benar kuatir akan Indonesia kedepannya. Walaupun kalau dihitung-hitung masih lebih banyak teman-teman saya yang toleran daripada yang menganggap agama lain adalah penumpang dan warga kelas 2 di negeri ini.
Bergabung dalam sebuah grup WhatsApp dan facebook yang bernama Indonesia Hari ini dengan memegang motto "Menolak kekerasan atas nama agama" membuat saya mengenal semakin banyak lagi teman yang rindu Indonesia yang aman dan damai.  Salah satu anggota grup itu adalah Pak Ade Armando yang mungkin sudah cukup dikenal karena pemikiran-pemikirannya membuat marah sebagian umat Islam.
Pak Ade Armando mengundang anggota grup yang berkenan hadir di ulang tahun JIL pada tanggal 1 April 2016 di Pisa Cafe Blok M. Sebelumnya ada beberapa anggota grup yang semangat untuk datang tetapi akhirnya hanya saya berdua dengan Ibu Eni-lah yang bisa hadir. Pak Ade Armando sebagai pembicara di acara tersebut yang setelah sebelumnya acara dibuka sekitar pukul 19:00 wib. Lalu ada potong tumpeng disertai lagu selamat ulang tahun.
Pak Ade Armando membacakan pidato yang telah disusun dalam sebuah naskah. Isi nasakah yang dibacakan Pak Armando adalah beberapa survey di sejumlah negara di antaranya Malaysia, Indonesia, Turki dan beberapa negara Islam. Pertanyaan survey tersebut diantaranya apakah wanita pantas mendapat hak waris yang sama dengan pria, apakah seorang istri harus taat kepada suami, apakah hukuman mati pantas untuk oranng yang murtad?
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, tingkat persentase Turki hampir sama dengan Indonesia. Dan menurut Pak Armando itu bagus, berarti toleransi di Indonesia hampir sama dengan di Turki. Menurut Pak Armando yang sedari kecil taat melakukan isi Alquran dan hanya 1 yang beliau tidak setuju yaitu tentang naik haji. Karena menurutnya, untuk mencari Tuhan tidak harus jauh-jauh ke Arab Saudi, Tuhan itu ada dimana saja.
Menurut Pak Armando sebaiknya hadits itu jangan dimaknai kata perkata, harus mengetahui penyebab ayat itu muncul dan beberapa malah bertentangan dengan keadaan sekarang. Seperti ayat tentang potong kuku. Menurut Pak Armando, sebaiknya hadits itu cukup sebagai pegangan hidup, bukan sebagai hukum.
Yang datang dalam acara tersebut tentu saja pendiri JIL yaitu Pak Ulil, ada anggota MUI, ada dosen, guru dan profesi lainnya. Senang mengetahui bahwa kegelisahan saya ternyata dirasakan juga oleh saudara-saudara yang Muslim. Bahkan salah seorang yang hadir bernama Rizal Lubis sempat berdiskusi lama sesudah acara bubar.
Rizal dan teman-temannya sedang mencari banyak lagi orang-orang yang mau bergerak bersama untuk saling mengenal setiap komunitas, agama di negeri ini agar tidak ada saling curiga dan bersama-sama menjaga keutuhan negeri ini. Seperti yang Rizal paparkan bahwa Natal kemarin mereka ikut merayakan bersama kaum muda salah satu gereja. Dan yang terbaru, mereka baru saja mengunjungi komunitas Yahudi di Jakarta. Dan disemua tempat yang mereka kunjungi, semua menyambut dengan tangan terbuka.
Selamat ulang tahun ke-15 JIL. Melihat hal ini saya percaya bahwa Indonesia masih akan baik-baik saja kedepannya, walaupun ada banyak orang yang ingin merongrong dari dalam, selagi kita masih bisa saling menghargai, semua itu masih bisa kita hadapi. Salam Indonesia damai.

Bersama Pak Ade Armando
Bersama Mas Guntur Romli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar