Jumat, 22 April 2016

Ojek Pangkalan yang Tidak Belajar dari Pengalaman



Beberapa waktu yang lalu, pengendara di Jakarta sempat demo menolak kendaraan umum berbasis aplikasi. Alasan mereka adalah mengambil penumpang angkutan umum resmi dan angkutan aplikasi tidak membayar pajak.
Sebagai pengguna jasa angkutan umum, dalam beberapa hal saya merasa diuntungkan. Kalau misalnya saya mau ke suatu tempat dan membutuhkan 3 kali ganti angkutan kalau bisa sekali dengan tarif terjangkau kenapa tidak. Kalau mau naik taksi kemahalan, naik ojek pangkalan nego harus pakai rasa tega. Belum lagi taksi yang tidak mau melayani untuk jarak dekat. Atau sopir taksi yang kadang nakal sengaja ambil jalan lain agar jarak lebih jauh.
Hari Minggu kemarin saya mau ke rumah Abang saya yang berjarak 2 km dari tempat saya berada. Sebelum ojek online marak, naik ojek dari tempat yang sama cuma Rp 10.000,-. Tapi seiring ojek online harganya bukan per kilometer tetapi Rp 15.000,- maksimal 25 kilometer maka ojek pangkalan ikut menaikkan tarif ditambah waktu itu harga BBM naik.
Sekarang tarif ojek online bervariasi berdasarkan jarak, kalau dibawah 10 kilometer tarifnya sebesar Rp 12.000,- dan kadang kita tidak memberikan harga pas, jatuh-jatuhnya kita memberi Rp 15.000,- juga. Berdasarkan pemikiran ini, akhirnya saya mendekati ojek pangkalan dan menanyakan berapa harga ke tempat yang saya tuju. Lalu si Bapak ojek menyebut Rp 20.000,-. Saya mengucapkan terima kasih lalu hendak beranjak pergi karena saya malas menawar lagi.
Tetapi karena si Mas yang sering berada disana untuk mengatur jalannya angkutan umum dan sering melihat saya, lalu mengatakan tarifnya Rp 15.000,- saja. Saya mencoba sedikit menawar walaupun memang sudah sepakat dalam hati dengan harga yang ditawarkan. Wajah si Bapak ojeknya langsung cemberut dan terkesan menolak. Lalu si Mas penjaga di sana sedikit bernegosiasi sehinggga Bapak Ojek mau mengantar dengan tarif Rp 15.000,-
Di jalan saya mengatakan ke Bapak Ojek agar seharusnya jangan menawarkan harga terlalu tinggi, yang wajar saja karena sudah banyak saingan. Saya sebenarnya bisa saja menggunakan ojek online tapi karena ingin berbagi dengan ojek pangkalan akhirnya akan mikir-mikir lagi kedepannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar