Selasa, 19 April 2016

Siapa Seharusnya yang Paling Menikmati Manfaat Asuransi



Sekarang ini orang sudah biasa memiliki asuransi. Bukan hanya 1, bahkan banyak yang memiliki 2-3 atau bahkan lebih. Mungkin karena kita menyadari tak selamanya tubuh kita sehat atau karena biaya rumah sakit yang sangat mahal. Dan sepertinya sudah menjadi kewajiban perusahaan atau instansi juga untuk mengasuransikan karyawan/pegawainya.
Demikian juga ditempat saya bekerja. Ada asuransi yang hanya ditanggung untuk rawat inap dan ada asuransi yang juga menanggung rawat jalan. Dan demi memudahkan karyawan berobat, sengaja dibuka klinik di tempat saya bekerja, bukan klinik perusahaan tetapi klinik langganan perusahaan. Klinik ini hanya untuk pertolongan pertama yang dijaga seorang perawat, kalau tidak bisa ditangani baru di rujuk ke klinik pusat atau ke rumah sakit.
Untuk biaya rawat jalan kebenaran limitnya tidak terlalu besar. Bulan Januari kemarin iseng-iseng saya tes darah yang aktanya untuk 1 item test seharga 15 ribu rupiah. Saya test 3 item. Karena kebenaran di 1 item ada hasil yang kurang baik lalu suster memberikan 1 papan obat. Saya bertanya berapa harga obatnya. Suster menyebut hanya sekitar 10 ribu-an.
Berhubung alat geseknya ada di klinik pusat, maka kartu ditinggal dan baru diambil esok harinya. ketika membaca struk pembayaran saya kaget karena limit terpotong 145rb. Ada biaya dokter segala. Lalu saya bertanya kenapa potongannya begitu besar dan kenapa ada biaya dokter, bukankah saya tidak ada konsultasi dengan dokter? Lalu perawat mengatakan biaya dokter itu sudah otomatis dan tidak mengurangi limit. Tetapi bagaimana bisa dibilang tidak mengurangi limit kalau sudah langsung terpotong?
Lalu saya menyampaikan informasi tersebut ke pihak HRD, agar mereka bisa bernegosiasi dengan pihak klinik. Agak nyesak juga pas HRD nya mengatakan "Kalau saya sih selalu murah ditagihkan". Lalu saya menyampaikan bahwa saya pribadi mungkin bisa saja dengan tidak berobat menggunakan kartu itu, tetapi bagaimana dengan yang lain. Apalgi sebelumnya seorang teman limitnya sudah habis. Bagaimana kalau ada kejadian yang membutuhkan biaya lebih besar, alangkah sayangnya potongan-potongan yang sedikit-sedikit menjadi bukit ini.
Apalagi banyak karyawan karena merasa tidak membayar premi lalu mengambil obat, susu, minyak kayu putih dan lain-lain dari klinik dengan harga mahal sedang kalau beli di luar bisa lebih murah. Harga troces (obat radang) yang diluar mungkin sekitar 20rb, kalau diambil di klinik harganya menjadi 75rb.
Jadi teringat yang pernah ramai di media sosial pengguna asuransi dikenakan biaya cabut gigi sebesar 9 juta, walau akhirnya setelah komplain ke banyak pihak menjadi sekitar 2jt-an.
Seharusnya asuransi itu manfaat terbesarnya adalah untuk pemegang kartu, tetapi melihat kejadian di atas sepertinya pihak ke-3lah yang paling menikmati hasilnya. Pihak asuransi mungkin merasa tidak perlu investigasi untuk hal-hal kecil seperti itu, sepanjang premi dibayar maka mereka juga akan memberi sesuai limit tanpa tahu penggunaannya.
Pihak pembayar juga tidak mau tahu sepanjang kewajiban membayar premi sudah dipenuhi, penggunaan terserah pemegang kartu dan pemegang kartu merasa beruntung, tanpa membayar apa-apa bisa mendapatkan yang diinginkan walau dengan harga yang lebih mahal. Dan pihak ke-3 pun bisa sorak sorai, keluar dana sedikit dapat untung sebesar-besarnya.

-Miris-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar