Dalam berinteraksi dengan orang
lain, terkadang kita mengatakan atau mempertanyakan sesuatu hal dan kita
mendapat jawaban yang membuat kita merasa tertohok. Dalam posisi ini, kita
ataupun teman bicara kita sedang mencoba saling membaca pikiran. Kita mengharapkan
jawaban A tetapi teman memberikan jawaban B karena menurut dia tujuan pernyataan atau pertanyaan kita menjurus ke
B.
Atau bisa jadi konsentrasi orang
tersebut sedang ke hal lain lalu kita yang menerima efeknya. Teringat dengan
tulisan seorang teman di facebook dimana biasanya dia tidak pernah menulis
bernuansa marah, selalu senyum dan semangat yang disebar. Dalam statusnya dia
menulis "Maksud hati hanya bertanya, kenapa si Bapak menjawab dengan
marah-marah?". Walaupun komentar di status itu semua mencoba mengalihkan
ke hal-hal lucu tetapi yang memposting tulisan sudah merasa keterlaluan karena
jawabannyapun masih sedikit terbawa emosi.
Terkadang kita tidak tahu apa
yang dialami dan dirasakan orang lain, tetapi kita ikut terbawa perasaan. Seperti
saat seorang teman menulis distatusnya "Saya terlambat kuliah yang ke-3
kali padahal jam sudah saya percepat. Si Bapak pakai waktu Indonesia apa ya?
Akhirnya saya pulang untuk tidur siang". Waktu saya mencoba bertanya
kenapa temannya tidak ikut terlambat? Dia mengatakan "Bukankah sudah saya
sebutkan di atas mereka ada kuliah pagi sebelumnya". Ketika postingannya
saya sreen shoot yang menunjukkan tidak ada kata-kata seperti yang dia
sebutkan, teman saya malah terlihat marah dan menganggap saya tidak bisa
membaca yang tersirat.
Kadang-kadang kita mengharapkan
orang lain mengerti maksud kita tetapi ketika ternyata mereka tidak mengerti,
kita malas untuk menjelaskan walaupun sebenarnya hanya penjelasan sederhana
tetapi malah kita membiarkan semakin berlarut dan masalah mengambang tanpa
jawaban.
Demikian juga terjadi dalam
pembicaraan saya dengan teman di chat. Saya tidak ada niat untuk menyuruhnya
mengerjekan sesautu dengan cepat, tetapi sepertinya dia tersinggung dan
mengatakan sedang bekerja dan bukan tidur siang. Ketika saya mencoba memberi
alasan, malah permasalahan semakin melebar. Akhirnya saya memilih diam daripada
saya menjadi tidak enak hati sendiri.
Kadang-kadang diam itu memang
penyelesaian yang paling baik....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar